Kalangan Muda Calon Pemimpin Singapura Menimba Ilmu di PDIP

Rabu, 07 November 2018 – 19:29 WIB
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dan Duta Besar Singapura untuk RI Anil Kumar Nayar saat kunjungan Leaders in Administration Programme (LAP) di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (7/11). Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - PDI Perjuangan kembali menjadi tempat menimba ilmu bagi organisasi negara lain. Kali ini ada delegasi dari Leaders in Administration Programme (LAP) Singapura yang mengunjungi kantor partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (7/11).

LAP merupakan institusi semacam Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) di Indonesia. Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyambut kunjungan delegasi LAP yang dipimpin Duta Besar Singapura untuk Indonesia Anil Kumar Nayar itu.

BACA JUGA: Ikhtiar Bu Mega Laksanakan Pesan Bung Karno demi Dua Korea

Dalam kesempatan itu Nayar mengaku mengaku mencermati sejarah dan kiprah PDIP. Karier diplomat Nayar diawali ketika bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Singapura pada 1993 dan ditempatkan di Jakarta selama kurun 1995-2000.

Karena itu Nayar mengenal partai berlambang kepala banteng tersebut sejak masih bernama PDI pada masa Orde Baru. Dia mengaku berada di Jakarta saat kantor DPP PDI diserang pada 27 Juli 1996.

BACA JUGA: Besar di Barat, Prabowo Tak Paham Budaya Indonesia?

"Jadi saya paham benar apa yang terjadi saat itu. Kami paham benar arti kata perjuangan dari nama PDI Perjuangan saat ini bahwa PDIP akan selalu berjuang untuk memperbaiki diri," kata Nayar.

Dia menjelaskan, anggota delegasi LAP yang mengunjungi DPP PDIP sedang disiapkan untuk menjadi pemimpin publik di Singapura. Mereka telah melakukan proses pelatihan dengan mengunjungi berbagai institusi untuk memahami pelayanan publik dan politik.

BACA JUGA: PDIP Berharap Kursi Bekas Sandi Segera Terisi

"Dan Indonesia tak boleh dilupakan. Kami memilih PDI Perjuangan, untuk belajar dan mengetahui bagaimana manajemen partai dan pandangan soal isu regional dan Indonesia sendiri," kata Nayar.

Sedangkan Hasto Kristiyanto menjelaskan, PDIP adalah partai kerakyatan. Basisnya adalah pemilih di akar rumput.

Hasto mengatakan, tugasnya sejak memegang jabatan sekretaris jenderal adalah memodernisasi PDIP. Rujukannya adalah buku Good to Great karya James C Collins.

Namun, kata Hasto, PDIP tetap memegang teguh Pancasila di tengah upaya modernisasi itu. "Kami menempatkan partai kami sebagai penjaga keberagaman bangsa berdasarkan Pancasila," kata Hasto.

Lebih lanjut Hasto mengatakan, PDIP bertekad menjadi partai yang menerangi kehidupan rakyat serta mencetak kader militan yang progresif revolusioner. Untuk itu PDIP rutin menggelar pelatihan kader dan sekolah partai.

Menurut Hasto, PDIP juga memperbaiki pola perekrutan kader. Di antaranya dengan menerapkan psikotes.

Hasto menambahkan, kaderisasi PDIP sudah menunjukkan hasilnya. Buktinya, kini muncul kader-kader PDIP yang moncer seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo.

Bahkan, PDIP juga melahirkan kader yang kini menjadi presiden, yakni Joko Widodo (Jokowi). "Pak Jokowi sendiri mengalami juga proses kaderisasi dari bawah ini," kata Hasto yang didampingi sejumlah fungsionaris DPP PDIP antara lain Juliari Batubara, Heri Akhmadi, Evita Nursanty, Kiki Taher, Emmy Lumban Raja, Budi Sulistyono, Hanjaya Setiawan, Putra Nababan dan Sudiman Tarigan.

Hasto menambahkan, PDIP juga melakukan ekspansi dengan membangun jaringan kantor di berbagai daerah di seluruh Indonesia. ”Kami terus memperbaiki manajemen partai hingga diakui dengan mendapat sertifikasi ISO 9001," ujar Hasto.

Demi menggarap kalangan milenial, PDIP juga berupaya menarik pemilih muda. "Di sini kami mentransformasikan partai sehingga menjadi digital party di Indonesia," kata Hasto.(tan/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahulu Megawati Disebut DO, Kini Punya 8 Gelar Doktor HC


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler