Kalau Baca Prediksi Kapan Corona Sirna, Rasanya Masih Lama Banget

Minggu, 26 April 2020 – 05:41 WIB
Petugas medis beristirahat di sela pemindahan pasien yang terinfeksi virus coronaFoto: ANTARA FOTO/REUTERS/Christian Hartmann/foc/djo

jpnn.com, YOGYAKARTA - Guru Besar Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dedi Rosadi ikut mengimbau masyarakat agar tidak mudik atau pulang kampung.

Dia mengatakan, fenomena pulang kampung atau mudik yang berlangsung secara masif dapat memicu akhir pandemi COVID-19 mundur dari perkiraan awal.

BACA JUGA: Tolong, Warga Temanggung, Data dari Pak Gotri agar Diperhatikan, Jangan Disepelekan

"Menyebabkan perkiraan laju tambahan jumlah kasus di setiap wilayah akan berbeda-beda yang akan mempengaruhi time line dan nilai akhir total prediksi nasional," kata Dedi Rosadi melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Sabtu (25/4).

Menurut Dedi, fenomena mudik pada Mei 2020 secara masif atau bentuk migrasi lain dari daerah pusat penyebaran, khususnya daerah zona merah, sangat berpotensi ditunggangi virus.

BACA JUGA: Semoga Harapan Dewa Indra Dikabulkan Tuhan Yang Mahakuasa, Amin

Oleh sebab itu, pemerintah telah mengeluarkan larangan kegiatan mudik terhitung sejak 24 April 2020.

Larangan itu, kata dia, sejalan dengan upaya pengendalian risiko wabah yang bila ditaati akan menghambat tumbuhnyayog klaster-klaster penyebaran baru diseluruh Indonesia.

BACA JUGA: 2 Bulan Syahrini Tidak ke Salon, Pak RB yang Saleh Turun Tangan

"Tumbuhnya klaster-klaster baru perlu dicegah agar wabah tidak mundur lebih lama kebelakang yang berakibat akhir wabah di setiap wilayah akan berbeda-beda," kata Dedi.

Sebelumnya, berdasarkan data pemerintah sampai 26 Maret 2020, pada akhir Maret 2020 lalu Dedi dan tim telah merilis prediksi sementara akhir pandemi terjadi pada akhir Mei 2020 dengan total penderita positif COVID-19 mencapai 6.174 kasus.

Namun, mengacu dengan data publikasi terbaru pemerintah hingga 23 April 2020, persebaran COVID-19 di Indonesia diprediksi mencapai puncaknya pada Mei 2020.

Kemudian mereda pada akhir Juli 2020 dengan perkiraan proyeksi total penderita positif COVID-19 di angka 31 ribuan kasus.

Prediksi itu menggunakan pemodelan probabilistik dengan dasar data nyata atau probabilistik data-driven model (PDDM), dengan asumsi waktu puncak tunggal.

Prediksi tersebut, kata Dedi, bersifat sementara dan diperbaharui berkala sesuai data yang ada untuk prediksi jangka panjang.

Dedi memaparkan setidaknya ada sejumlah hal penting yang harus diwaspadai dalam beberapa waktu ke depan yang berpotensi mengubah time line persebaran virus menjadi lebih cepat atau lebih lambat dari yang diprediksikan.

Selain aktivitas mudik, hal penting lainnya adalah berkaitan usaha untuk mengubah kecepatan penularan melalui pengendalian yang efektif terhadap episentrum penyebaran virus yang telah ada khususnya kelompok provinsi-provinsi zona merah.

"Jika pengendalian tidak berhasil dilakukan maka time-line wabah akan mundur dan jumlah penderita yang lebih besar dari prediksi sementara masih mungkin terjadi," kata dia. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler