jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi VIII DPR RI Iskan Qolba Lubis menilai ada pertentangan antara narasi yang diungkapkan Pemerintah Indonesia dengan eksekusi lapangan tentang pelaksanaan ibadah haji 1442 H/2021 M.
Sebab, kata Iskan, di satu sisi pemerintah selalu mengeklaim siap menyelenggarakan ibadah yang menjadi rukun Islam kelima itu.
BACA JUGA: Umat Merasa Pemerintah Indonesia Belum Optimal Melobi Pelaksanaan Haji
Namun, lanjut dia, di sisi lain pemerintah justru memutuskan pembatalan keberangkatan jemaah calon haji 2021, ketika pihak Kerajaan Arab Saudi belum menentukan kuota.
"Kalau Indonesia siap, tunggu saja. Begitu Arab Saudi tentukan, tinggal sikat. Kalau sudah siap, kenapa harus buru-buru," kata Iskan saat dihubungi, Jumat (4/6).
BACA JUGA: Adab Hubungan Antarnegara Jadi Alasan Malaysia Tidak Ikuti Langkah Indonesia soal Haji
Legislator Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan semua negara saat ini masih menunggu keputusan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi tentang penyelenggaraan ibadah haji.
Menurut dia, Indonesia bisa bersabar seperti Mesir dan Turki dalam menunggu keputusan penyelenggaraan haji dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.
BACA JUGA: Gus Yaqut: Saya Tahu Ini Keputusan Pahit, Tetapi Terbaik untuk Calon Jemaah
"Logikanya begini, Indonesia tidak memberangkatkan, ini malu kita. Kalau pemerintah bilang keputusan membatalkan demi melaksanakan UU negara, semua negara juga bilang begitu," ungkapnya.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Khoirizi mengeklaim pihaknya melakukan kajian mendalam dari berbagai aspek sebelum memutuskan pembatalan keberangkatan jemaah calon haji 1442 H/2021 M.
Selain kajian, kata Khoirizi, pemerintah melakukan serangkaian pembahasan dengan Komisi VIII DPR.
“Keputusan itu tentu berdasarkan kajian mendalam, baik dari aspek kesehatan, pelaksanaan ibadah, hingga waktu persiapan," kata dia dalam keterangan persnya, Jumat (4/6).
Dia pun tidak terima apabila pemerintah disebut terburu-buru membatalkan keberangkatan jemaah calon haji.
"Tidak benar kalau dikatakan terburu-buru,” tuturnya. (ast/jpnn)
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan