Salah satunya yang terlihat gedung Otemachi-Nomura, Tokyo
BACA JUGA: Menag Minta Dispensasi Paspor Khusus Haji
Wartawan Jawa Pos Tomy Cahyo Gutomo melaporkan, bangunan 20 lantai di pojok kawasan pertokan elite Ginza itu, dari luar terlihat seperti gedung perkantoran biasaHamparan padi yang telah menguning, tanaman sayur-mayur, hingga kebun buah-buahan menjadi pemandangan di lantai seluas 1.000 meter persegi tersebut
BACA JUGA: KPK Beri Waktu Mendagri Tiga Bulan
Setiap tanaman dipisahkan oleh sekat kaca yang suhunya berbeda-beda untuk setiap tanamanBACA JUGA: Pendamai, Kalla Terima Doktor HC di Jepang
Tapi, kalau masuk ke lahan sayuran, terasa seperti di pegununganSelain padi, juga ditanam terong, kol, sawi, selada, pare, dan sebagainya.Tanaman padi dan buah-buahan bisa hidup tanpa sinar matahariSebab, sinar matahari digantikan dengan sinar lampuTemperatur dan kebutuhan sinar diatur secara otomatis, disesuaikan kebutuhan setiap tanamanMereka menyebutnya dengan teknologi hydroponic dan light-emiting diode (LED)Semua tanaman juga organik, tidak memakai zat kimia.
Untuk menanam padi, misalnya, dipakai bak tanah yang dirancang khususAirnya diganti secara otomatis setiap hariSecara berkala juga diberikan nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh.
Di lokasi yang juga disebut Pasona O2 itu, lahan padi hanya seluas 6 x 5 meterGM Pasona O2 Yasuyuki Nambu mengatakan, padi tersebut bisa dipanen 3-4 kali setahunSetiap panen, bisa menghasilkan 20 kg padi''Jadi, kalau setiap keluarga memiliki seperti ini, bisa mencukupi kebutuhan makanan pokoknya,'' kata Nambu.
Secara kualitas, beras yang dihasilkan dari Pasona setara dengan beras yang ditanam di areal persawahanBedanya, biaya produksinya tentu jauh lebih mahal daripada menanam padi di sawahKuantitasnya juga terbatas, bergantung pada luas lahan di dalam gedung.
Proyek Pasona O2 didirikan sejak 11 Februari 2005Tujuan proyek ini, kata Nambu, sementara bukan untuk komersiil, tapi masih percontohanSebab, kalau hasilnya dijual, harganya bisa tiga kali lipat harga di pasarMisalnya, untuk selada, harga di supermarket sekitar 100 yen per ikat, kalau memakai teknologi ini bisa mencapai 250 yenSebab, teknologi ini membutuhkan energi yang besar, karena mengandalkan lampu.
Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam kunjungannya ke Jepang kemarin tertarik melihat sawah di bawah gedung tersebutKalla sempat memetik dan mencicipi tomat merah dan kuning''Ternyata yang kuning lebih enak daripada yang merah,'' kata Kalla disambut tawa anggota rombongan.
Menurut Kalla, yang patut dicontoh dari Pasona adalah teknologinya, bukan penerapannya''Kita sudah swasembada beras bahkan mau eksporTidak perlu menerapkan seperti ini,'' katanyaTapi, untuk alih teknologi, kata Kalla, tidak ada salahya proyek seperti ini dicoba.
Kalla kemarin juga menyempatkan menengok binatang-binatang langka asal Indonesia yang dipelihara di kebun binatang Zoorasia,Yokohama, sekitar 60 km dari TokyoKalla sempat memberi nama bayi tapir keturunan Indonesia (tapirus indiscus) yang baru berumur 3 bulanKalla memilih nama Bugis untuk tapir tersebut ''Namanya La Baco, artinya anak laki-laki yang kuat(*/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Alie Yafie : Hargai Ijtihad Para Ulama
Redaktur : Tim Redaksi