Kalsel Kesulitan Bangun Pelabuhan Samudera

Selasa, 13 Maret 2012 – 11:26 WIB
BANJARMASIN - Pimpinan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan, Khairil Anwar mengungkapkan, kondisi pelabuhan Trisakti yang berada di alur Barito dinilai tidak layak menjadi pelabuhan. Apalagi, kata dia, kondisi alur yang sempit semakin dipadati oleh kapal tongkang yang makin tahun jumlahnya makin meningkat. Ia pun mewacanakan pembangunan pelabuhan samudera untuk mengatasi permasalahan tersebut.
 
"Pelabuhan Trisakti karena berada di sungai jadi tidak maksimal. Arus lalu lintas barang juga sering terganggu oleh kapal penumpang dan tongkang batubara jadi pelabuhan samudera adalah solusi," ungkapnya.
 
Diterangkan Khairil, konsep pelabuhan samudera dinilai tepat mengurangi pemborosan waktu dan biaya yang kerap dikeluhkan pengguna jasa pelabuhan barang di Trisakti. Sekadar diketahui, jika alur padat, barang yang sudah berada ingin masuk ke alur harus antri. Hal tersebut membuat waktu tempuh barang menuju Banjarmasin makin lama.
Begitu juga sebaliknya, jika ada barang yang akan diangkut keluar Banjarmasin, terkadang harus mengendap di gudang pelabuhan karena menunggu kapal pengangkut yang terlambat datang.

"Biaya pergudangan dan lainnya kalau di Trisakti otomatis lebih besar. Apalagi sekarang jumlah kontainer makin banyak termasuk tongkang," ujarnya.
 
Pelabuhan samudera diharapkan mampu mengurangi biaya operasional para pengguna jasa pelabuhan. Barang komoditi strategis juga bisa cepat didistribusikan tanpa harus menunggu seperti saat ini.
 
Bupati Tanah Laut Adriansyah menyatakan, daerahnya siap menjadi tempat pembangunan pelabuhan samudera mengingat kabupaten tersebut memiliki garis pantai yang cukup panjang. "Kita punya pantai 200 km, sangat potensial. Ada juga investor yang tertarik ingin membangun pelabuhan samudera di daerah kami," ucapnya.

Gubernur Kalsel Rudy Ariffin mengatakan, wacana pembangunan pelabuhan samudera harus diapresiasi sebagai upaya perbaikan perekonomian Kalsel. Namun, melihat tipikal pantai di Kalsel, pembangunan pelabuhan samudera akan sulit diwujudkan.
 
"Wacana itu bagus saja, tapi cari lokasinya yang susah. Laut dalam hanya di sekitar Kotabaru. Rata-rata pantai kita flat, Tanah Laut semua flat, kalau pun yang mau mencari yang dalam harus berapa km dulu dari garis pantai," katanya.

Terkait kondisi alur yang makin padat, menurut Rudy hal tersebut bisa diatasi dengan pembatasan kapasitas tongkang yang boleh melintas. Jika sebelumnya tongkang kapasitas 3 ribu ton dan 8 ribu ton boleh melintas, kedepan hanya tongkang kapasitas 12 ribu ton saja yang boleh melintas. "Mungkin itu yang bisa dilakukan," tandasnya. (tas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Izin Jatuh Tempo, 9 Perusahaan Tambang Diawasi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler