jpnn.com, BEIJING - Media pemerintah China pada Rabu menuduh Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris berusaha untuk membuat perpecahan antara China dan negara-negara tetangganya di Asia Tenggara dengan komentarnya.
Harian China Daily menyebutkan bahwa Kamala Harris berkomentar bahwa Beijing menggunakan paksaan dan intimidasi untuk menyatakan klaimnya atas wilayah di Laut China Selatan.
BACA JUGA: China Bermimpi Meniru Taliban, Taiwan Bisa Bernasib Seperti Afghanistan?
Harris membuat komentar itu dalam pidatonya di Singapura pada Selasa (24/8) sebagai bagian dari kunjungan regional tujuh hari yang bertujuan untuk memutar Amerika Serikat kembali ke Asia dan melawan pengaruh China yang semakin besar.
"Sambil menuding China dan menuduhnya melakukan 'pemaksaan' dan 'intimidasi', Harris dengan sengaja mengabaikan kemunafikannya sendiri dalam upaya untuk memaksa dan mengintimidasi negara-negara di kawasan (Asia Tenggara) untuk bergabung dengan Washington dalam skemanya untuk menahan China," kata harian China Daily dalam sebuah tajuk rencana.
BACA JUGA: Ini Strategi China Mengatasi Varian Delta, 35 Hari Sudah Beres
Pidato Harris di Singapura adalah serangan tak berdasar terhadap China, kata tajuk rencana China Daily itu.
"Tampaknya satu-satunya komitmen Amerika Serikat untuk Asia Tenggara adalah upaya berdedikasinya untuk mendorong gesekan antara negara-negara Asia Tenggara dan China," kata China Daily.
BACA JUGA: Buntut Rencana Pabrik Vaksin dari China, Legislator Kecam Luhut Binsar
Pemerintah AS menyebut persaingan dengan China sebagai "ujian geopolitik terbesar" abad ini dan Asia Tenggara telah menyaksikan serangkaian kunjungan tingkat tinggi oleh pejabat tinggi pemerintahan, termasuk Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, yang mengunjungi Hanoi pada akhir Juli 2021.
Kedatangan Harris di Hanoi tertunda pada Selasa (25/8) setelah Kedutaan Besar AS di Vietnam mengatakan telah mendeteksi "insiden kesehatan yang tidak wajar", yang berpotensi terkait ke Sindrom Havana yang misterius.
Selama penundaan itu, Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chinh dan duta besar China untuk Vietnam mengadakan pertemuan yang sebelumnya tidak diumumkan.
Dalam pertemuan itu, PM Chinh mengatakan Vietnam tidak memihak negara mana pun dalam kebijakan luar negerinya.
Duta Besar China untuk Vietnam menjanjikan sumbangan 2 juta vaksin COVID-19 selama pertemuan tersebut.
China adalah mitra dagang terbesar Vietnam. Negara itu sangat bergantung pada bahan dan peralatan dari China untuk kegiatan manufakturnya.
Partai Komunis yang berkuasa di China dan Vietnam mempertahankan hubungan dekat, tetapi kedua negara itu telah terlibat dalam perselisihan lama mengenai klaim wilayah maritim di Laut China Selatan, yang dikenal di Vietnam sebagai Laut Timur.
China telah mendirikan pos-pos militer di pulau-pulau buatan di Laut China Selatan, yang dilintasi oleh jalur pelayaran vital dan berisi ladang gas dan daerah penangkapan ikan yang kaya.
China, Vietnam, Brunei, Malaysia, Filipina, dan Taiwan mengklaim bagian-bagian di perairan itu.
Ketegangan telah mendorong Vietnam menjadi salah satu penentang paling vokal atas klaim Beijing di jalur air yang disengketakan dan Hanoi telah menerima perangkat keras militer AS, termasuk kapal penyalip penjaga pantai.
Hubungan antara Hanoi dan Washington telah tumbuh lebih dekat lebih dari empat dekade setelah Perang Vietnam berakhir pada 1975, meskipun Washington telah mengatakan ada batasan untuk hubungan sampai Hanoi membuat kemajuan dalam hal hak asasi manusia.
Para analis mengatakan Vietnam ingin meningkatkan hubungan diplomatiknya dengan Amerika Serikat menjadi "kemitraan strategis" tetapi khawatir langkah seperti itu akan membuat marah Beijing. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil