BOGOR- Tim evakuasi gabungan kembali mengangkat sembilan kantung jenazah yang berisi potongan tubuh korban pesawat Sukhoi Superjet (SSJ) 100, kemarin. Di antara jasad-jasad yang sudah tak utuh tersebut, terselip jasad yang diduga kameramen Trans TV, Aditya Sukardi. Dugaan itu muncul karena jasad yang tersangkut di pepohonan tersebut mengenakan baju dinas hitam milik Trans TV.
Menurut salah seorang tim evakuasi dari YONIF 310 Cikembar, Serda Adib, kondisi jenazah Aditya sudah sangat mengenaskan. Dimana kepalanya hancur dan bagian kakinya terputus. "Jenazah itu mengenakan baju berlogo Trans TV. Walaupun sudah tidak bisa dikenali lagi, tapi kami meyakini jasad itu merupakan wartawan," ujarnya di Posko Cimelati, Sukabumi, kemarin.
Di dekat jasad Aditya, tim SAR menemukan jasad perempuan berambut pirang. Tak jelas, apakah jasad yang juga tak utuh lagi itu merupakan rekan kerja Aditya, Ismi Sunarto. Pasalnya, jasad perempuan itu tak mengenakan baju kerja layaknya Aditya. Dugaan sementara, jasad perempuan itu seorang pramugari. "Di jasad perempuan itu kami temukan asesoris berupa kalung berwarna biru dan rambutnya berwarna pirang. Sepertinya bukan wartawati yang dicari," terangnya.
Dalam penyisirannya kemarin, tim SAR gabungan memulai pencariannya sekitar pukul 07:30 WIB. Tim mendapatkan jasad di kedalaman 450 meter. Mayat yang sudah tidak utuh itu kemudian dikumpulkan di satu tempat, lalu dimasukkan ke dalam kantung jenazah. Sembilan kantung jenazah itu diperkirakan berisi 10 jenazah.
Pada pukul 08:30, satu persatu kantung jenazah mulai diangkut menuju Puncak Gunung Salak I. Namun, proses evakuasi sempat terhambat karena personel tim SAR yang berada di lokasi penemuan mayat sangat terbatas.
Beberapa tim SAR dari Kopasus dan TNI AD Yonif 315 yang berada di titik paling bawah berulangkali berteriak minta bantuan personel agar evakuasi mayat bisa berjalan cepat dan lancar. Personel tim SAR di Puncak Gunung Salak I, sebenarnya masih banyak. Hanya, sebagian di antara mereka kurang bersemangat untuk turun hingga ke lokasi penemuan mayat.
Selain kurangnya personel, terbatasnya tali untuk refling juga sempat menghambat evakuasi. Kantung mayat pertama hingga keempat terpaksa digotong aparat tanpa menggunakan tali dengan jarak sekitar 100 meter dari lokasi penemuan mayat. Sekitar satu jam kemudian, tali untuk refling baru tiba di lokasi. Namun, itu juga belum cukup, karena talinya hanya sepotong-sepotong, sehingga evakuasi kantung relatif lama.
"Kemarin-kemarin selalu ada tali, tapi saya tidak tahu sekarang kenapa talinya tidak ada," tutur anggota Tim SAR kepada Radar Bogor (Grup JPNN) di lokasi penemuan mayat.
Sementara itu, Danyon Yonif 315 Mayor Mawardi yang mengkoordinir proses evakuasi korban di Gunung Salak I mengatakan, tim SAR yang dikerahkan untuk mengevakuasi korban pada Rabu (16/5) memang lebih sedikit dibandingkan hari-hari sebelumnya.
"Hari ini (kemarin, red) ada 300 anggota yang turun. Kalau kemarin-kemarin ada sekitar 700," ujar Mawardi saat ditemui di Puncak Gunung Salak I, kemarin. (ike/rid/mam)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Honorer yang Dicoret Sedikit, Tambahan Banyak
Redaktur : Tim Redaksi