jpnn.com, JAKARTA - Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo baru-baru ini memperkenalkan kemeja bermotif garis-garis vertikal hitam putih sebagai baju identitas kampanye Pilpres 2024.
Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani pun langsung angkat bicara terkait langkah Gubernur Jawa Tengah tersebut.
BACA JUGA: Partai Ummat: Desain Baju dari Jokowi Hanya Membuat Rugi Ganjar Pranowo
Dia menyebut langkah Ganjar yang memamerkan baju hasil arahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) itu bisa memunculkan pertanyaan publik.
"Wajar saja jika kemudian ada pertanyaan-pertanyan kritis, apa yang sebenarnya orisinal dari Pak Ganjar?" kata Kamhar melalui layanan pesan, Kamis (20/7).
BACA JUGA: Ganjar Kenakan Kemeja Desain dari Jokowi, Buktikan Dirinya Bukan Hanya Milik Partai
Mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu mengatakan langkah Ganjar yang memamerkan baju kampanye memunculkan kesan Gubernur Jawa Tengah itu mirip Jokowi.
"Ada kesan menjadi Capres berarti menjadi serba Jokowi atau menjadi Jokowi," ujar Kamhar.
BACA JUGA: Lihat Kekompakan Jokowi dan Ganjar Kenakan Kemeja Putih di Pasar Legi Solo
Namun, dia mempersilakan Ganjar yang memperkenalkan baju kampanye sebagai bagian gimik politik agar memperoleh suara dari pendukung Jokowi.
"Silakan saja. Sah-sah saja," ujarnya.
Namun, Kamhar mengingatkan soal baju kampanye sebenarnya menjadi satu di antara atribut pending dalam kontestasi pemilu.
Sebab, desain dari baju kampanye mewakili gagasan, konsep, atau karakter dari seseorang calon pemimpin.
"Biasanya ini mewakili gagasan, konsep atau karakter tertentu, meskipun ada juga yang sekadar untuk gagah-gagahan sebagai pembeda dibanding yang lainnya," kata Kamhar.
Sebelumnya, Ganjar memperkenalkan baju identitas kampanyenya yakni kemeja dengan motif garis hitam dan putih.
Dia mengungkapkan kemeja ini dirancang oleh Presiden Jokowi yang juga satu partai dengan alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu, yakni PDIP.
"Pak Jokowi memberikan desain baju yang saya pakai ini," kata Ganjar kepada para wartawan di Senayan, Jakarta, Rabu (19/7). (ast/jpnn)
Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Aristo Setiawan