Kampanye Penolakan Penutupan Dolly Habiskan Rp 105 Juta Per Bulan

Pungut Iuran dari PSK, Wisma dan Tempat Karaoke

Senin, 09 Juni 2014 – 15:29 WIB
Ilustrasi. FOTO: dok/jawa pos

jpnn.com - SURABAYA – Ada-ada saja persoalan yang muncul menjelang penutupan lokalisasi Dolly di Surabaya. Salah satunya adalah makin maraknya penarikan uang alias pungli yang meresahkan para pekerja seks komersil (PSK) yang ada di sana. Pihak-pihak yang melakukan pungli itu biasanya mengatasnamakan LSM yang menolak penutupan lokalisasi tersebut. 

Menurut salah satu PSK bernama WT, identitas orang-orang yang mengaku LSM itu tak jelas. "Setiap ditanya, petugas tak mau menjawab," katanya. 

BACA JUGA: Rekor Muri demi Mendukung Prabowo-Hatta

Orang-orang itu hanya memberikan lampiran surat pemberitahuan dengan kop bertulus Kelompok Lokalisasi Putat Jaya. Biasanya mereka menarik pungutan Rp 25 ribu per PSK setiap bulannya. 

Selain PSK, mereka juga menarik pengelola wisma Rp 250 ribu perbulan, karaoke Rp 150 ribu dan wisma tak bermusik Rp 150 ribu.   

BACA JUGA: Ilham Arief Sirajuddin Banyak Beribadah Usai Menjabat

Awalnya kelompok tersebut mengatakan bahwa tujuan penarikan uang tersebut adalah untuk biaya penolakan penutupan Dolly.  Nominalnya diperkirakan mencapai Rp 105 juta per bulan. Anggaran itu dipakai untuk pembuatan banner kampanye penolakan. Kemudian, seragam barisan bintang merah yang nilainya mencapai Rp 20 juta. Namun, kenyataannya tidak jelas. ’’Kami tidak ingin dipermainkan lagi,’’ ungkapnya.

Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Supomo tidak mengetahui pungutan itu. Dia menegaskan, pemkot maupun LSM yang berada di bawah pengawasan dinas sosial tidak membolehkan penarikan sama sekali. Bila ada praktik serupa di lapangan, pelakunya bukan berasal dari pemkot atau LSM resmi. ’’Alangkah lebih baik berhati-hati,’’ paparnya. (riq/ib/mas)

BACA JUGA: Lebak Masih Butuh 9.907 PNS

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Mayang Mangurai Mengeluh Krisis Air


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler