Kang Pardi, Vloger Hasilkan Jutaan Rupiah dari YouTube

Minggu, 01 Juli 2018 – 00:48 WIB
VLOGER: Kang Pardi bersama kedua putrinya Kirana Pramesti dan Ellia Prasista selfie di depan rumahnya di Jalan Anggrek, Kelurahan Bangunsari. Foto: Asta Yanuar/Radar Ponorogo/JPNN.com

jpnn.com - Rahmat Ady Prabowo merupakan vloger asal Ponorogo, Jatim, yang sukses meraup jutaan rupiah dari unggahannya di channel YouTube. Tak sekadar berbuah materi, video pria yang akrab dipanggil Kang Pardi itu kerap menjadi obat pelipur rindu warga Kota Reyog di tanah perantauan.

NUR WACHID, Ponorogo

BACA JUGA: Sam Aliano Laporkan YouTube dan Facebook ke Polisi

KITA akan sarapan nasi pecel di tempat ini. Sudah lama saya tidak ke sini. Saya akan makan nasi pecel godhong jati. Lauknya gorengan tempe, tahu, lentho... Maem kaleh Bu. Kulo biasa, nasinya ojo okeh-okeh Bu. Terkenal lho Ibu ini sekarang. Tapi, jalannya sulit nggeh Bu, nanti tak laporkan Pak Ipong. Pak Ipong, jalannya rusak!

Unggahan video di YouTube berjudul Sarapan Nasi Pecel Pincuk Godong Jati, Wisata Kuliner Ponorogo itu mencuri perhatian 31-an ribu subscriber.

BACA JUGA: Facebook dkk Sikat Ratusan Konten Radikalisme dan Terorisme

‘’Awalnya canggung saat pertama kali ngevlog. Lama-kelamaan terbiasa dan kecanduan. Kalau tidak nampang sehari saja, pusing rasanya,’’ aku Kang Pardi.

Vloger Jalan Anggrek, Kelurahan Bangunsari, itu mengaku penghasilannya hanya dari nge-vlog di YouTube.

BACA JUGA: Blogger Vegan Tembaki Markas YouTube, Penyebabnya Sepele

Awalnya dia mengenal YouTube 2008 silam saat berada di Gresik, kota tujuan mengadu nasib. Sejak lulus dari SMA Bakti 2005 lalu, Kang Pardi memang memutuskan melanglang buana ke berbagai daerah. Mulai Semarang, Gresik, Bandung, Bogor, hingga Palembang.

Malahan dia sempat dua hari kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang. Namun, setelah dua hari kuliah dia memutuskan drop out. ‘’Kuliah kebanyakan teori. Saya butuh praktik langsung,’’ ungkapnya.

Sekembalinya 2009 lalu, Kang Pardi mendapati banyak hal yang perlu dieksplorasi di tanah kelahirannya. Mulai warung makan, tempat wisata, adat dan budaya, tokoh, hingga hal-hal kecil tentang perilaku warga Ponorogo.

Dari situlah dia mulai belajar ngevlog. Namun, hal itu tidak berjalan mulus. Keaktifannya di YouTube tersita dengan mengurus warung kopi yang sempat dibukanya. ‘’Saat itu masih belum bisa rutin,’’ tutur vloger 31 tahun itu.

Berbekal kamera handphone akhirnya dia baru konsisten unggah video 2012 lalu. Berjalan tiga tahun dia telah menghasilkan 2.000 video di akun YouTube miliknya. Saat mulai berpenghasilan Rp 600 ribu, akunnya sempat diblokir. Dia segera membuat akun baru dan kembali rutin mengunggah video.

Materi unggahan yang apa adanya ternyata menarik perhatian pengguna YouTube. Hingga akunnya sukses menarik perhatian puluhan ribu subscriber. ‘’Konsistensi jadi kunci. Harus sabar dan tidak berhenti belajar. Juga harus banyak-banyak menggali informasi menarik di sekitar kita,’’ sambungnya.

Kegetolannya mengunggah video dan meninggalkan jejak komentar di video milik akun orang lain membuahkan hasil. Sebulan pedapatannya dari dunia maya itu tak mati Rp 7 juta. Pun, kebanyakan materi unggahan merupakan request dari para pengikut akunnya.

Besar-kecilnya pendapatan dari unggahan tak ditentukan jumlah subscribe. Melainkan banyaknya menit video yang ditonton oleh pengguna YouTube.

‘’Jadi usahakan orang nonton video kita sampai selesai. Kadang ada video judulnya wow, ketika dilihat satu menit langsung ditutup. Cari yang bisa buat obat perindu mereka para perantau. Saat liputan kuliner, saya tidak mau gratis. Tetap harus bayar karena itu rezekinya yang jual makanan,’’ ucapnya. *** (c1/fin)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Segera Hadir Fitur Live Streaming YouTube dari Kamera Ponsel


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
vloger   Vlog   YouTube  

Terpopuler