Kanker Paru Bukan hanya Karena Rokok, Simak Penjelasan Dokter Spesialis

Kamis, 04 Februari 2021 – 11:05 WIB
ilustrasi kanker paru-paru

jpnn.com, JAKARTA - Dokter spesialis paru Kasum Supriadi mengatakan, gaya hidup buruk seperti mengonsumsi makanan junk food, merokok, berlebihan mengonsumsi alkohol, serta berat badan berlebih, bisa menjadi pencetus kanker.

Selain itu, perubahan gen atau mutasi DNA terkait faktor keturunan juga patut diwaspadai.

BACA JUGA: Ledies, Ini Tanda-tanda Awal Kanker Serviks Mengintai

Menurut Kasum, jika ada anggota keluarga terdiagnosis kanker paru, sebaiknya anggota kelarga lain menjalani pemeriksaan dini dan berkala.

Tujuannya untuk mendeteksi gejala kanker sedini mungkin.

BACA JUGA: Anunya Pria juga Bisa Terpapar Virus Penyebab Kanker Serviks

"Ada serangkaian proses mendeteksi kanker paru, yakni anamnesa (wawancara pada pasien), pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan dahak dan biopsi jaringan paru, foto rontgen dada, CT scan paru dengan zat kontras, bronkoskopi atau endoskopi pada paru," ujar dokter Kasum dia dalam siaran persnya, ditulis Kamis (4/2).

Kasum mengatakan, diagnosis kanker paru salah satunya jika ada sel tumor yang bisa terdapat pada pada saluran pernapasan, parenkim paru atau pada pembungkus paru.

BACA JUGA: 3 Tanda Anda Mungkin Penderita Kanker Kolorektal

"Bila dari serangkaian proses pemeriksaan ditemukan pasien mengidap kanker paru maka dokter paru akan menentukan tindakan medis yang sesuai,” kata dia.

Apabila diagnosis sudah tegak, Kasum menyarankan keluarga memastikan suplai oksigen pasien dengan memantau tanda vital pernapasan, tensi, suhu, nadi dan saturasi oksigen.

Apabila terlihat perubahan yang menurun, segera konsultasikan ke dokter untuk menentukan apakah pasien perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit atau tidak.

Kasum menyebut, pasien kanker paru stadium 4 memiliki angka progresifitas atau stadium lanjut yang cepat.

Mereka ini rata-rata dilaporkan meninggal dunia dalam jangka waktu kurang dari enam bulan karena faktor infeksi.

Demi mencegah progresifitas sekaligus menurunkan prevalensi kanker paru, dia mengajak masyarakat meningkatkan literasi kesehatan soal kanker paru.

Mencakup, mengetahui gejala walaupun tidak semua kanker menunjukkan gejala dini, tahapan penyembuhan hingga cara memperlakukan pasien kanker demi membantu proses penyembuhannya.

Di sisi lain, dr Yosef Fransiscus mengajak masyarakat melakukan gaya hidup sehat setiap hari sebagai upaya melawan kanker.

“Seseorang dapat meraih hari esok jika fisik dan finansial sehat. Untuk itu, sangat baik mulai melakukan gaya hidup sehat, yaitu memperbaiki asupan dengan yang bergizi dan rutin berolahraga. Perlu juga menyeimbangkan waktu antara bekerja dan beristirahat serta memiliki pola pikir yang positif dan terbuka,” ujar Yosef.

Dia juga menyarankan melengkapi diri dengan asuransi kesehatan sebagai bagian dari perlindungan finansial agar tetap sehat.

Asuransi ini, kata dia, bisa berperan untuk mengganti biaya pengobatan yang nilainya sesuai perjanjian tercantum pada polis.

Di Indonesia, data Global Burden of Cancer Study (GLOBOCAN) tahun 2018 melaporkan sekitar 26.069 orang meninggal karena kanker paru setiap tahunnya, dengan 30.023 kasus baru. Angka ini tertinggi atau mencapai 19,3 persen dibandingkan total kematian dari seluruh kanker lainnya.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler