jpnn.com - Pakar Politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing memprediksi situasi politik saat ini berpeluang memunculkan tiga poros pada Pilpres 2019 mendatang. Pasalnya, komunikasi politik yang mereka bangun antarpartai belum mengkristal ke dua poros yaitu poros Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Menurut Emrus, partai-partai yang saat ini sudah menunjukkan indikasi berada di posisi dua poros itu, tidak ada jaminan mereka akan tetap berada di poros itu.
BACA JUGA: Jokowi atau Prabowo? AHY: Kanan Kiri Ok
“Tidak ada jaminan mereka akan tetap berada di poros itu. Bisa sangat cair. Sangat cair,” kata Emrus Sihombing kepada wartawan, Selasa (12/6).
Menurut Emrus, partai politik pada prinsipnya akan mau menyatu ke salah satu poros kalau kepentingan politik mereka terakomodasi.
BACA JUGA: Amien Rais Mau jadi Capres, Puan: Sudah Cukup Syaratnya?
“Sepanjang kepentingan politik mereka belum terakomodasi saya pikir mereka akan membuat poros baru,” katanya.
Lebih lanjut, Emrus mengungkapkan poros baru atau poros ketiga cenderung akan dinakhodai oleh Partai Demokrat, dan kemungkinan besar PAN akan merapat. Alasannya, karena PAN rekan lama Demokrat, saat Hatta Rajasa menjabat Ketua Umum PAN.
BACA JUGA: Reaksi Presiden Jokowi Jika Amien Rais Jadi Capres Lagi
“Pertimbangan lainnya ada relasi kekeluargan antara PAN dan Demokrat (SBY dan Hatta Rajasa, red),” katanya.
Selain itu, Emrus memprediksi PKB kemungkinan akan menyatu ke poros ketiga yang dipelopori Demokrat. Ia beralasan PKB selama ini belum definitif mengusung calon.
“Cak Imin bisa saja maju, dari segi eletabilitas perlu dipoles. Dari Demokrat, kelihatah dari hasil survei, AHY sangat layak ditempatkan di posisi cawapres,” kata Emrus.
“AHY saya kira perlu dipertimbangkan karena dapat merebut suara milenial. Capresnya? Sangat dinamis, bisa saja dipasangkan dengan Jokowi untuk ke depan. Tapi akan sangat tergantung komunikasi politik antarakedua tokoh ini maupun partai pengusung,” kata Emrus lagi.
Menurut Emrus, Jokowi sangat pantas menggandeng Cawapres yang bisa ikut mendongkrak elektabilitasnya.
“Dua hal yang harus dilakukan Jokowi yaitu memacu pembangunan dan mencari pasangan cawapres mendongkrak elektabilitas. AHY bisa menjadi alternatif,” katanya.
Emrus menambahkan peluang AHY cukup besar karena Partai Demokrat dua periode berkuasa. “Jadi saya pikir tidak mungkin Demokrat hilang begitu saja. Jadi masih banyak simpatisan dan yang militan dengan Demokrat. Jadi kalu digabung akan luar biasa,” katanya.
Emrus membenarkan bahwa ruang publik tidak hanya pada figur Jokowi dan Prabowo tapi banyak tokoh alternatif. Di antaranya Tuan Guru Bajang, Gatot Nurmantyo, Rizal Ramli, dan tokoh lainya.
“Banyak tokoh, ruang publik tidak hanya Jokowi dan Prabowo. Tapi dari sekian banyak calon, nantinya akan mengkristal. Karena mau tidak mau akan memusat ke salah satu poros. Tapi bukan berarti tidak berpeluang. Karena dinamika politik sangat cair,” katanya.
Emrus mencontohkan, Tuan Guru Bajang (TGB) adalah figur berprestasi karena berhasil menjabat gubernur NTB selama dua periode. TGB juga santri dan sangat dekat dengan kelompok muslim.
“Ini akan dipertimbangan untuk posisi cawapres,” katanya.
Terkait figur non-parpol, menurut Emrus, parpol akan mendekati figur tersebut jika elektabilitasnya luar biasa, misalnya di atas 50 persen.
“Jika elektabilitas di bawah 50 persen, saya kira sangat logis partai tidak mendukung mereka. Partai kan ingin berkuasa, masa mendukung calon yang elektabilitasnya rendah. Itu saja,” tegas Emrus.
Menyinggung figur Gatot Nurmantyo, Emrus menilai elektabilitas mantan Panglima TNI itu masih rendah. Sementara untuk penentuan sebagai calon, menjadi kewenangan partai.
“Partai sangat sentral menentukan calon. Jika elektabilitas calon rendah, masa iya dipaksakan,” katanya.
Sebetulnya, kata Emrus, yang lebih aman jika elektabilitas cawapres 70 persen. “Jokowi sendiri belum aman karena belum sampai 50 persen. Banyak swing votter,” katanya.
Karena itu, Emrus menyarankan kepada Jokowi agar menggandeng cawapres yang bisa ikut mendongkrak elektabilitasnya.
Menurut Emrus, figur AHY yang mampu meraup suara kaum milenial jika didorong berpasangan dengan Jokowi maka kekuatannya semakin terlihat.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Respons Mbak Puan untuk Kritik Mas AHY soal Revolusi Mental
Redaktur & Reporter : Friederich