Kapal TNI Dibuat Belanda, Komisi Pertahanan DPR Curiga

Rabu, 06 Juni 2012 – 19:39 WIB

JAKARTA - Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin, mempersoalkan realisasi pengadaan Kapal Perusak Kawal Rudal 10514 untuk TNI AL yang akan dibangun di Belanda. Proyek pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang diharapkan dibarengi dengan alih teknologi dan pengetahuan bagi indonesia itu sepertinya masih jauh panggang dari api.

Menurut Hasanuddin, kemarin (5/6) kontrak pengadaan kapal perusak itu sudah diteken oleh Kementrian Pertahanan dengan Director Naval Sale of Damen Schelde Naval Shipbuilding, Evert van den Broek. Hasanuddin mengakui, rencana pengadaaan kapal perusak itu sebenarnya telah disetujui DPR asalkan dibangun di PT PAL. "Agar pembangunannya melibatkan teknisi anak bangsa sendiri," kata Hasanuddin di Jakarta, Rabu (6/6).

Persoalannya, kata pensiunan TNI yang kini duduk di Komisi Pertahanan DPR itu, ternyata rincian kontrak yang diteken justru menunjukkan hal sebaliknya karena kapal akan dibangung di galangan kapal di Belanda. Kalaupun ada yang dibangun di PT PAL, kata Hasanuddin, hanya 3 persen dari total kapal saja.

"Dari nilai kontrak seharga 220 juta USD , Indonesia hanya mendapat pekerjaan sebesar USD 7 juta saja. Itu kurang dari tiga persen," ucap Hasanuddin.

Mantan Sekretaris Milter Presiden Megawasti itu juga menyoroti biaya ekstra yang harus dikeluarkan Indonesia untuk transfer teknologi dari proyek pembangunan kapal itu. "Indonesia malah harus membayar lagi sebesar USD 1,5 juta, belum lagi harus membayar untuk sistim senjata dan pelurunya," ungkapnya.

Hasanuddin menyebut kontrak itu bertentangan dengan Keputusan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 tentang Pengadaan Alut Sista. Mengutup pasal 4 ayat 2 (d) beleid tersebut, maka pemenuhan kebutuhan  Alutsista TNI sekurang-kurangnya memiliki syarat alih teknologi/produk bersama untuk kepentingan pengembangan industri pertahanan dalam negeri.

Yang juga menjadi pertanyaan, kata pensiunan TNI dengan dua bintang di pundak itu, Kemenhan seolah memaksakan agar Belanda menjadi rekananannya.Padahal, ada perusahaan Italia yang menawarkan diri untuk bekerjasama dengan memberi porsi lebih besar kepada BUMN strategis di Indonesia seperti PT PAL, Pindad dan Krakatau Steel. 

 "Mengapa harus memaksakan diri membeli dari Belanda? Padahal pabrik kapal Orizonte dari Itali menurut pt Pal sudah menawarkan diri bekerjasama membangun kapal itu di -Indonesia dengan local content minimal 25 persen dan siap melibatkan perusahaan BUMN strategis," pungkas politisi PDI Perjuangan itu.(ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wawako Akui Ikut Bahas Anggaran


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler