Kapan dan di Mana Sriwijaya Air SJ182 Meledak? Simak Penjelasan Awal KNKT

Selasa, 12 Januari 2021 – 12:41 WIB
Petugas memeriksa serpihan dari pesawat Sriwijaya Air SJ182 di JICT 2, Jakarta. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menduga mesin Sriwijaya Air SJ182 masih dalam kondisi hidup sebelum membentur air perairan Kepulauan Seribu.

KNKT menyatakan sistem pesawat SJ182 juga masih berfungsi dan mampu mengirim data sebelum jatuh pada Sabtu (9/1) pukul 14.40 WIB.

BACA JUGA: Saat Pria Bertopi Hitam Mendekati Potongan Badan Sriwijaya Air

Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menjelaskan pihaknya telah mengumpulkan data radar ADS-B dari Perum Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia).

Dari data tersebut, tercatat pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB, terbang menuju arah barat Laut dan pada pukul 14.40 WIB pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki, namun selanjutnya pesawat mulai turun dan data terakhir pesawat berada pada ketinggian 250 kaki.

BACA JUGA: Lembaga Antariksa dan Penerbangan Ungkap Fakta Tragedi Sriwijaya Air

"Terekamnya data sampai dengan 250 kaki, mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga bahwa mesin masih dalam kondisi hidup sebelum membentur air," katanya dalam keterangan resmi yang dilansir Antara, Selasa (12/1).

Data lain yang didapat KNKT dari KRL Rigel adalah sebaran puing-puing (wreckage) memiliki besaran dengan lebar 100 meter dan panjang 300-400 meter.

BACA JUGA: Pertama dalam 15 Tahun, Kapten Afwan Pergi dengan Baju Tak Disetrika

"Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air," katanya.

Dia menambahkan temuan pesawat yang telah dikumpulkan Basarnas, salah satunya adalah bagian mesin turbine disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan.

"Kerusakan pada fan blade menunjukkan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketinggian 250 kaki," katanya.

Terkait upaya pencarian kotak hitam, yakni flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) telah menangkap sinyal dari locator beacon.

"Dari sinyal yang diperoleh sudah dilakukan pengukuran dengan triangulasi dan telah dilakukan perkiraan lokasi seluas 90 meter persegi. Sejak pagi hari ini, tim penyelam sudah mencari di lokasi yang sudah diperkirakan,” katanya.

Soerjanto mengatakan proses investigasi masih terus berlangsung dan akan melakukan kegiatan, antara lain melanjutkan pencarian kotak hitam, pengumpulan data pesawat dan awak pesawat, melakukan beberapa wawancara dengan pihak terkait dan kegiatan lainnya. (antara/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler