Kapitra Ampera: Mereka Ingin Menjatuhkan Kepercayaan Rakyat ke Pemerintah

Jumat, 02 Oktober 2020 – 08:22 WIB
Kapitra Ampera. Foto: Elfany Kurniawan/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pengacara sekaligus politikus PDI Perjuangan Kapitra Ampera kembali melontarkan tudingan kepada pihak-pihak yang disebutnya belum move on, dan terus-terusan menggoreng isu tentang upaya mengubah Pancasila melalui RUU HIP (Haluan Ideologi Pancasila).

Tudingan tersebut dilontarkan mantan pengacara Habib Rizieq Shihab ini karena mencermati beredarnya berita bohong atau hoaks jelang peringatan Hari Kesaktian Pancasila kemarin, yang mendiskreditkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

BACA JUGA: Kapitra Ampera Curiga KAMI Bentuk Poros Perlawanan yang Besar

"Jelang Hari Kesaktian Pancasila, kembali beredar hoaks yang menuding adanya upaya pemerintah ingin mengubah ideologi Pancasila. Misleading content yang dibentuk dengan nuansa politik untuk menggiring opini mendiskreditkan pemerintah, tetapi hal tersebut hanyalah tuduhan tanpa dasar," tulis Kapitra.

Hal itu disampaikannya lewat artikel berjudul Pancasila Hari Ini tetap Sama dengan Pancasila Kemarin (18.8.45); Tidak Pernah Pergi Kenapa Harus Kembali? yang diterima jpnn.com, Kamis (1/10).

BACA JUGA: Kapitra: Sekarang Kalau Batuk Dianggap Sudah Terjangkiti Covid-19

Namun demikian, pria kelahiran Padang, 20 Mei 1966 ini menyatakan opini yang dibentuk oknum-oknum dan kelompok tertentu terhadap pemerintah tidak beralasan.

Menurut dia, pemerintah tidak pernah ada niat untuk mengubah ideologi Pancasila, bahkan di tengah kontroversi atas RUU HIP, Presiden Jokowi tidak mengeluarkan surat presiden (surpres) sebagai bentuk ketidaksetujuan pada hal-hal yang berpotensi menimbulkan penafsiran berbeda terhadap Pancasila.

BACA JUGA: Jokowi Pimpin Upacara, Puan Ucap Ikrar Setia Pancasila, Muhadjir Baca Doa

Dengan demikian, kata Kapitra, DPR akhirnya tidak dapat melakukan pembahasan terhadap RUU HIP tersebut.

"Hanya saat ini beberapa pihak masih saja belum move on dan terus membesar-besarkan pandangan negatifnya terhadap RUU tersebut untuk menjatuhkan kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah," tegasnya. (fat/jpnn)

Berikut artikel lengkap yang ditulis Kapitra Ampera: 

Pancasila Hari Ini tetap Sama dengan Pancasila Kemarin (18.8.45) Tidak Pernah Pergi Kenapa Harus Kembali? 

Oleh: Dr. M. Kapitra Ampera, SH., MH. 

Presiden Republik Indonesia hari ini bersama Ketua MPR RI, Ketua DPR RI, dan Ketua DPD RI merayakan hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Dalam upacara peringatan tersebut ketua MPR RI membacakan Pancasila dengan butir-butir yang tetap sama dengan Pancasila kemarin. Ketua DPD RI membacakan Pembukaan UUD 1945 yang memuat isi Pancasila yang sama dengan Pancasila kemarin. Kemudian ketua DPR RI, membacakan dan menandatangani Ikrar yang menegaskan Pancasila sebagai Ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Jelang hari Kesaktian Pancasila, kembali beredar hoax yang menuding adanya upaya pemerintah ingin mengubah Ideologi Pancasila. Misleading Content yang  dibentuk dengan nuansa politik untuk menggiring opini mendiskreditkan pemerintah, namun hal tersebut hanyalah tuduhan tanpa dasar.  

Negara Indonesia tegas tidak memberi ruang untuk dapat diubahnya Pancasila, dan tidak ada mekanisme apapun untuk merubah pancasila. Pasal 37 UUD 1945 memang mengatur mekanisme terhadap perubahan UUD namun terbatas hanya pada pasal-pasal UUD 1945. Dan Indonesia memang telah melakukan perubahan terhadap pasal-pasal UUD 1945 sebanyak 4 (empat) kali.  

Namun, terhadap bunyi Pembukaan (preambule) UUD 1945 yang memuat butir-butir Pancasila, tidak dapat dilakukan. Oleh karena, kedudukan Pancasila berada diatas UUD 1945. Pancasila bersifat matalegal, extralegal notion, bukan bagian dari produk hukum yang dapat diubah atau diamandemen. 

Sangat tidak beralasan, oknum-oknum dan kelompok tertentu membentuk opini yang demikian. Pemerintah tidak pernah ada niat untuk mengubah ideologi Pancasila, bahkan di tengah kontroversi atas RUU HIP, Pemerintah tidak mengeluarkan Surpres sebagai bentuk tidak setujunya pemerintah terhadap hal-hal yang berpotensi menimbulkan penafsiran berbeda terhadap Pancasila. Sehingga, DPR tidak dapat melakukan pembahasan terhadap RUU HIP tersebut. Hanya saat ini beberapa pihak masih saja belum move on dan terus membesar-besarkan pandangan negatifnya terhadap RUU tersebut untuk menjatuhkan kepercayaan masyarakat terhadap Pemerintah. 

Pasal dalam RUU HIP yang menimbulkan kontroversi tersebut pun sesungguhnya bukanlah upaya mengubah ideologi Pancasila. Pasal tersebut berisikan kutipan Pidato Bung Karno, sebelum dasar Negara ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Hal itu hanya merupakan konsep yang menjadi sejarah pemikiran sang proklamator, bukanlah upaya merubah isi Pancasila. 

Kendati demikian, pemerintah cepat tanggap dengan aspirasi masyarakat. Berbagai persepsi dan kontroversi atas RUU HIP maka pemerintah bersikap tegas untuk tidak menyetujui RUU dibahas dengan tidak mengeluarkan Surpres. 

Mengubah Pancasila merupakan suatu keniscayaan, oleh karena tidak ada mekanisme dan aturan yang memberi jalan untuk dilakukannya perubahan terhadap ideology bangsa. Opini-opini yang dibentuk sekelompok orang hanyalah cara untuk memanfaatkan moment dan situasi, mencari daya tarik masyarakat untuk percaya pada pihak/ kelompok tertentu.

Hal ini harus dihentikan, karena membiarkan masyarakat terpengaruh akan hoax, berpotensi menimbulkan perpecahan di masyarakat, dan akan membahayakan persatuan, kesatuan, dan keamanan bangsa. 

Pancasila tidak akan pernah dan tidak akan mungkin diganti dengan ideology manapun, tidak perlu ada keraguan bagi masyarakat kepada pemerintah. Upacara Peringatan Hari Kesaktian Pancasila hari ini, adalah sebagai bukti betapa berkomitmennya pemerintah dan legislatif (MPR, DPR, DPD) dalam menegakkan dan menjunjung tinggi Pancasila.

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler