Kapolda Harus Ingat, Kapolsek yang Mati-Matian di Lapangan Selama Pandemi Covid-19

Senin, 25 Mei 2020 – 19:25 WIB
Kapolda Jatim Irjen Muhammad Fadil Imran menegur kapolsek yang mengantuk pada saat rapat rapat koordinasi pembentukan kampung tangguh penanganan COVID-19 yang digelar Pemkot Surabaya. Foto: Antara/HO-Bagus-Pemkot Surabaya

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane meminta Kapolda Jawa Timur Irjen Muhammad Fadil tidak berlebihan dalam menindak Kapolsek Gubeng, Kompol Naufil Hartono.

Naufil diketahui tertidur saat digelar rapat penanganan Covid-19 di Surabaya, Jumat (22/5) lalu.

BACA JUGA: Lihat Anak Buah Tidur dalam Rapat, Kapolda Jatim Seharusnya Meniru Cara Prabowo Ini

"Pencopotan Naufil dari jabatan sudah merupakan hukuman yang sangat berat. Tidak perlu lagi diperiksa Propam dan dipermalukan sebagai pembunuhan karakternya," ujar Neta dalam pesan tertulis, Senin (25/5).

Menurut Neta, belakangan ini para kapolsek memiliki tugas paling berat sebagai ujung tombak polri. Setidaknya, ada empat kerja berat mereka yang harus dihargai Kapolda Jatim.

BACA JUGA: Kapolsek Disandera dan Ditusuk, 15 Orang jadi Tersangka

Pertama, para kapolsek harus pontang-panting melakukan deteksi dini dan antisipasi maksimal, agar penyebaran Covid 19 bisa dicegah dan diputus mata rantainya.

Kedua, para kapolsek harus terus bersiaga menjaga wilayahnya dengan maksimal pasca dibebaskannya ribuan narapidana oleh Menkumham Yasonna H Laoly lewat program asimilasi.

BACA JUGA: Benarkah Tubuh Elvina Dimutilasi sebelum Dimasukkan ke Kardus? Kapolsek Bilang Begini

Ketiga, para kapolsek juga harus bersiaga penuh menjaga situasi kamtibmas di wilayahnya saat ramadhan dan menjelang lebaran, terutama dengan banyaknya PHK dan industri yang tutup.

Keempat, para kapolsek harus menjadi ujung tombak melakukan pagar betis agar arus mudik bisa dicega, sehingga penyebaran Covid 19 tidak meluas.

"Tugas berat itu dilakukan di tengah mereka harus melakukan ibadah puasa dan kekhawatiran terhadap dirinya terkena virus Covid 19," ucapnya.

Karena itu, kata Neta kemudian, sangat manusiawi ketika ada yang tertidur saat rapat di ruangan AC. Apalagi selama ini bertugas di lapangan yang bercuaca panas.

Di satu sisi, Neta menilai sangat wajar Kapolda Jawa Timur marah. Apalagi, rapat tersebut juga dihadiri Pangdam V Brawijaya dan Wali Kota Surabaya.

Namun, hendaknya sebagai pimpinan, Kapolda Jatim juga diharapkan menyadari situasi yang ada dan kerja keras yang dilakukan para kapolsek. Sehingga tidak mengedepankan sikap arogansi sebagai pimpinan.

"Kapolda Jatim bisa belajar dari sikap yang ditunjukkan Menhan Prabowo Subianto. Mantan Danjen Kopassus itu tampak santai mengerjai asisten pribadinya yang ketiduran di sela sela rapat yang dipimpinnya, beberapa waktu lalu," katanya.

Menurut Neta, Prabowo ketika itu malah duduk di samping asisten pribadinya yang sedang tertidur. Tentu saja asisten pribadi itu kaget, saat terbangun dari tidur.

"Bukannya marah, Prabowo hanya tertawa. Tidak ada arogansi yang muncul. Ini menunjukkan sebagai pimpinan, Prabowo menyadari tugas yang diemban asistennya cukup berat, sehingga sangat manusiawi tertidur," ucapnya.

Neta kemudian mengingatkan, tindakan tegas pimpinan terhadap anak buah harus terukur. Selain itu, harus mau mengukur dan menghargai anak buah yang bekerja keras menjadikan Polri yang promoter di tengah pademi Covid 19.(gir/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler