jpnn.com, SURABAYA - Bersama lima orang lainnya, Kapolsek Dukuh Pakis AKP Anggi Saputra Ibrahim baru saja menyabet juara III dalam lomba tembak internasional bertajuk World Police Pistol Shooting Championship 2018.
CHRISTIAN DENNY MAHARDIKA, Surabaya
KAMIS (27/12) Lapangan Tembak Kodam V/Brawijaya terlihat kosong dari luar. Namun, di dalamnya, tampak sejumlah orang berlatih menembak. Beberapa kali suara tembakan terdengar nyaring. Cukup keras untuk orang yang tidak menggunakan headset dan berada di dalam area lapangan tembak tersebut.
AKP Anggi Saputra terlihat berlarian, berhenti, dan membidik. Dorr...papan target bergetar. Menandakan bidikan perwira pertama polisi itu tepat. Dia sudah berpakaian lengkap. Mulai kacamata pelindung, peredam suara, sabuk amunisi, hingga holster melilit di pinggang yang berisi magazin. Tembakan dia sempat meleset satu. ''Ya, begini ini. Paling tidak seminggu sekali harus berlatih,'' kata Anggi setelah menyelesaikan putaran latihannya.
Anggi pun mengemasi peralatannya. Pria 33 tahun itu menyimpan semua gear-nya di dua koper. Satu koper berisi perlengkapan menembak, satunya lagi berisi senjata dan tempat peluru. "Ini ukuran tembak saya untuk latihan biasa. Berat senjatanya sekitar 2 kilogram, lumayan kalau baru kali pertama memegangnya," ujarnya.
Anggi memang salah satu aset yang dimiliki Polri dan Polda Jatim dalam ajang kompetisi tembak. Dia baru saja menjadi juara III lomba tembak tingkat internasional bersama lima orang lainnya. Kejuaraan internasional tersebut adalah World Police Pistol Shooting Championship 2018 di Tiongkok. Sebuah ajang bergengsi yang diikuti 73 negara dalam lomba tembak. "Ya, bersyukur, masih bisa menjadi juara III. Itu tingkat dunia," jelasnya.
Untuk gelar nasional, tentu saja Anggi sudah kenyang dengan prestasi. Berbagai gelar juara diraihnya dari sejumlah kompetisi menembak di tingkat lokal dan nasional. Anggi memang bercita-cita menjadi atlet menembak nasional. ''Bisa mengharumkan nama Polri,'' tambahnya.
Anggi mengenal dunia menembak sejak masuk polisi pada 2004. Awalnya dia diajak pimpinannya untuk melihat latihan menembak. Kemudian, Anggi terpesona dan langsung jatuh cinta pada olahraga tersebut. ''Melihat para atlet yang lancar memberondong sasaran dengan tepat, rasanya gimana gitu,'' katanya.
Meski begitu, Anggi tak langsung menekuninya. Dia baru masuk dunia menembak pada 2014, saat bertugas di Bojonegoro. Dia diajak sejumlah rekannya menembak. ''Akhirnya, saya sendiri yang jadi maniak latihan menembak,'' kenangnya, kemudian tertawa.
Olahraga menembak berbeda dengan menembak penjahat seperti yang menjadi tugas polisi. Banyak aturan yang harus ditaati jika tak ingin langsung kena diskualifikasi. Ada hal-hal yang tidak dia dapatkan di polisi soal olahraga menembak. Terutama latihan kekuatan tangan dan fokus. ''Tidak boleh memejamkan satu mata dalam menembak. Sebab, banyak sasaran yang dibidik," ujarnya.
Selain itu, gerakan tangan harus diperhatikan. Mulai mengambil pistol dari holster, mengisi magazin, mengukur sikap tangan saat memegang pistol, hingga menarik pelatuknya. ''Menarik pelatuk dengan benar itu yang paling sulit bagi pemula. Biasanya langsung ditekan dengan keras. Ini pasti meleset,'' terangnya.
Anggi berharap Polri memberi dirinya kesempatan untuk terus mengembangkan bakat di dunia olahraga menembak. ''Tapi, ya tetap tugas sebagai polisi yang utama,'' ucapnya.
Anggi menambahkan bahwa olahraga menembak dan tugas di polisi bisa berjalan seiring. ''Saya ingin mengharumkan nama Polri dan negara melalui ajang ini,'' imbuhnya. (*/c7/ano)
BACA JUGA: TNI AD Juara Umum Lomba Tembak Internasional AARM 2017
Redaktur : Tim Redaksi