jpnn.com - JAKARTA - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Nugraha Gumilar menjawab soal dugaan peretasan Data Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.
Menurutnya, Tim Siber TNI masih memeriksa dan mendalaminya. Karena itu Nugraha belum dapat membenarkan maupun membantah dugaan peretasan itu.
BACA JUGA: Heboh Densus 88 Menguntit Jampidsus, TNI Buka Suara soal Polisi Militer di Kejagung
"Terkait (informasi) akun X Falcon Feed yang menyiarkan bahwa data BAIS TNI diretas, sampai saat ini masih dalam pengecekan mendalam oleh Tim Siber TNI," ujar Kapuspen TNI saat dihubungi di Jakarta, Senin (24/6).
Di lini masa media sosial X, akun ?@?FalconFeeds.io yang rutin memantau aktivitas siber termasuk dari laman gelap (dark web) mengumumkan adanya peretasan oleh peretas MoonzHaxor dari BreachForum terhadap sistem BAIS.
BACA JUGA: Mayjen Nugraha Gumilar: TNI Akan Membangun 22 Kodam Baru
Mereka mengeklaim telah menguasai sejumlah data milik BAIS TNI.
Peretas dalam forum jual beli data gelap di dark web juga menyediakan contoh (sample) data yang mereka kuasai, dan menjanjikan data lengkap (full set data) kepada mereka yang ingin membayar.
BACA JUGA: Viral, Mayor Teddy Indra Wijaya Hadir Saat Debat Perdana Capres, Kapuspen TNI Merespons
Unggahan itu, yang saat ini telah dilihat oleh 484.000 pengguna X, disiarkan pada Senin pukul 10.39 WIB.
Dalam tangkapan layar laman BreachForum, MoonzHaxor diketahui bergabung dalam komunitas peretas itu sejak September 2023.
Peretas yang sama pada minggu lalu (22/6) juga mengumumkan meretas sistem Indonesia Automatic Finger Indentification System (INAFIS) Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Data-data yang diklaim diretas dari sistem INAFIS mencakup gambar sidik jari, alamat email dan aplikasi SpringBoot dengan beberapa konfigurasi.
Data-data itu dijual oleh MoonzHaxor seharga 1.000 dolar AS (setara Rp 16,3 juta).
Walaupun demikian, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI Hinsa Siburian saat jumpa pers di Jakarta, Senin, menjelaskan data-data yang diklaim diretas oleh MoonzHaxor itu data-data lama.
"Ini sudah kami konfirmasi dengan kepolisian, bahwa itu adalah data-data lama mereka yang diperjualbelikan di dark web itu," kata Hinsa.
Hinsa menegaskan sistem Polri saat ini tidak mengalami gangguan dan tetap berjalan dengan baik.
"Kami yakinkan bahwa sistem mereka berjalan dengan baik,” ucap dia.
Dalam kesempatan yang sama Hinsa juga menyatakan dugaan peretasan data INAFIS tidak terkait dengan insiden serangan siber terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2. (Antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... TNI Perangi Mafia Perdagangan Orang dan Kegiatan Ilegal Antarnegara
Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang