KARAWANG-Dinas Kesehatan menyatakan jika Karawang menyandang peringkat pertama untuk penderita kusta di seluruh Jawa Barat. Pasalnya sekitar 384 penderita kusta tercatat di tahun 2012. Dengan adanya laporan tersebut masyarakat diminta untuk segera memeriksakan dirinya ke puskesmas jika diduga mengalami penyakit kusta.
"Karawang menempati rangking pertama untuk penderita kusta di Jawa Barat, memang Karawang ini banyak memiliki daerah endemis kusta, seperti Sukatani, Cilamaya, Klari dan Batu Jaya," ujar Kadinkes, Asep Hidayat Lukman.
Dikatakan, pihaknya akan terus melakukan penelusuran guna menemukan kasus kusta yang aktif dan pasif dengan terus berkoordinasi dengan puskesmas yang tersebar di seluruh Karawang. "Penyelidikan terus dilakukan, dan jika ditemukan kita langsung terjun kelapangan untuk segera menindak lanjuti penderita, karena jika dibiarkan akan penyakit ini akan menular kemana-mana. Oleh karena itu kami segera menindak lanjuti penderita dengan memberikannya obat yang hanya ada di dinkes," katanya.
Penularan kusta, kata Asep, dapat melalui kontak fisik secara intens, oleh karena itu penyakit ini dapat menular pada seseorang yang dekat bersentuhan dengan penderita secara fisik. Oleh karena itu pihak Dinkes akan secara rutin terus melakukan deteksi aktif sebulan sekali dengan melakukan penyelidikan dimana dalam pelaksanaanya pihaknya akan melakukan LEK (Lekprosi Eleminasi Konsul) yaitu dengan mengumpulkan satu desa yang kedapatan kelainan kulit dan mengobatinya.
"Jika kedapatan maka akan mengobatinya dan akan di rujuk ke Rumah sakit atau puskesmas terdekat, tapi jika yang sudah mengalami cacat kami akan mengirimnya ke kirim ke Sintanala di tanggerang," tukasnya.
Dijelaskan, penyakit kusta ini ciri-cirinya mirip sekali dengan panu, yaitu ada bercak putih, hanya saja kusta memiliki virus yang akan menyerang syaraf penderita yang sewaktu-waktu akan mengakibatkan kecacatan fisik.
"Kusta memiliki 2 ciri ada yang tipe basah, dan ada yang tipe kering, masing-masing ciri tersebut memiliki penyembuhan yang berbeda, untuk yang basah penyembuhan berlangsung sekitar 2 tahun sementara untuk yang kering sekitar 2 bulan," jelasnya.
Hanya saja, lanjutnya, kendala penyembuhan penyakit kusta ini ada di distribusi obat, pasalnya selain jumlah yang masih terbatas, obat ini juga hanya bisa didapatkan di Dinkes dan Puskesmas. "Problemnya di kita pengajuan obat terlambat, dan hanya di drop ke puskemas dan dinkes saja, sementara untuk swasta mereka masih belum memiliki, jadi artinya obat kusta ini sangat terbatas sekali," tuturnya.
Namun banyaknya ditemukan penderita kusya di katawang dinilai positif oleh Ade Sunarya, Programer Penyaki Kusta Dinkes Kanbupaten Karawang, karena menurutnya semakin banyak pihaknya menemukan penderita Kusta maka semakin cepat mengurangi penyebaran resiko.
"Malah dengan banyak ditemukannya penderita di karawang ini bagus, dengan begitu kita dapat lebih cepat menangani dan mengurangi resiko penyebarannya, karena kalo terlambat maka resikonya mengakibatkan kecacatan," ujarnya.
Menurutnya virus kusta ini penyebarannya dinilai lambat, karena virus kusta hanya berjangkit pada seseorang yang memiliki kekebalan tubuh yang kurang. "Kalo kekebalannya kuat, mungkin sedikit kemungkinannya terkena tapi klo kurang akan cepat tertular. Penularan kusta memang lewat kontak fisik dengan penderita, bahkan penularannya tidak terasa, bahkan 3 tahun baru kena," katanya.
Disinggung terkait rangking, Karawang pada tahun 2011 menyandang ranking ke 3 namun ditahun 2012 peringkat tersebut naik karena banyak ditemukannya penderita kusta yang hampir mencapai 400-an. Pihaknya berharap di tahun ini banyak ditemukan lebih banyak lagi untuk mengurangi resiko penyebaran.
"Tahun 2013 ini kita baru menemukan 24 laporan, saya harapkan lebih banyak lagi untuk mengurangi penyebaran, mudah- mudahan di tahun 2013 ini pasien Kusta sudah tercover semua jadi penularannya berkurang," ucapnya.
Pemerintah menganggarkan sekitar 55 juta untuk kegiatan pencarian penderita kusta di Kabupaten Karawang. Dengan melakukan survei ke anak sekolahan, lalu lingkungan si penderita. "Bagi penderita yang sudah sembuh tetap akan kita kontrol secara kontinus untuk menghindari terjadi penularan kembali, takutnya timbul lagi, pengontrolan hingga 1-5 tahun," tuturnya.
Dirinya menghimbau kepada masyrakat yang terkena penyakit tersebut untuk segera memeriksakan dirinya ke puskesmas terdekat. "Masyrakat yang punya kusta diharapkan berobat ke puskesmas terdekat, karena klo sudah cacat itu tidak akan hilang," himbaunya.(use/lsm)
"Karawang menempati rangking pertama untuk penderita kusta di Jawa Barat, memang Karawang ini banyak memiliki daerah endemis kusta, seperti Sukatani, Cilamaya, Klari dan Batu Jaya," ujar Kadinkes, Asep Hidayat Lukman.
Dikatakan, pihaknya akan terus melakukan penelusuran guna menemukan kasus kusta yang aktif dan pasif dengan terus berkoordinasi dengan puskesmas yang tersebar di seluruh Karawang. "Penyelidikan terus dilakukan, dan jika ditemukan kita langsung terjun kelapangan untuk segera menindak lanjuti penderita, karena jika dibiarkan akan penyakit ini akan menular kemana-mana. Oleh karena itu kami segera menindak lanjuti penderita dengan memberikannya obat yang hanya ada di dinkes," katanya.
Penularan kusta, kata Asep, dapat melalui kontak fisik secara intens, oleh karena itu penyakit ini dapat menular pada seseorang yang dekat bersentuhan dengan penderita secara fisik. Oleh karena itu pihak Dinkes akan secara rutin terus melakukan deteksi aktif sebulan sekali dengan melakukan penyelidikan dimana dalam pelaksanaanya pihaknya akan melakukan LEK (Lekprosi Eleminasi Konsul) yaitu dengan mengumpulkan satu desa yang kedapatan kelainan kulit dan mengobatinya.
"Jika kedapatan maka akan mengobatinya dan akan di rujuk ke Rumah sakit atau puskesmas terdekat, tapi jika yang sudah mengalami cacat kami akan mengirimnya ke kirim ke Sintanala di tanggerang," tukasnya.
Dijelaskan, penyakit kusta ini ciri-cirinya mirip sekali dengan panu, yaitu ada bercak putih, hanya saja kusta memiliki virus yang akan menyerang syaraf penderita yang sewaktu-waktu akan mengakibatkan kecacatan fisik.
"Kusta memiliki 2 ciri ada yang tipe basah, dan ada yang tipe kering, masing-masing ciri tersebut memiliki penyembuhan yang berbeda, untuk yang basah penyembuhan berlangsung sekitar 2 tahun sementara untuk yang kering sekitar 2 bulan," jelasnya.
Hanya saja, lanjutnya, kendala penyembuhan penyakit kusta ini ada di distribusi obat, pasalnya selain jumlah yang masih terbatas, obat ini juga hanya bisa didapatkan di Dinkes dan Puskesmas. "Problemnya di kita pengajuan obat terlambat, dan hanya di drop ke puskemas dan dinkes saja, sementara untuk swasta mereka masih belum memiliki, jadi artinya obat kusta ini sangat terbatas sekali," tuturnya.
Namun banyaknya ditemukan penderita kusya di katawang dinilai positif oleh Ade Sunarya, Programer Penyaki Kusta Dinkes Kanbupaten Karawang, karena menurutnya semakin banyak pihaknya menemukan penderita Kusta maka semakin cepat mengurangi penyebaran resiko.
"Malah dengan banyak ditemukannya penderita di karawang ini bagus, dengan begitu kita dapat lebih cepat menangani dan mengurangi resiko penyebarannya, karena kalo terlambat maka resikonya mengakibatkan kecacatan," ujarnya.
Menurutnya virus kusta ini penyebarannya dinilai lambat, karena virus kusta hanya berjangkit pada seseorang yang memiliki kekebalan tubuh yang kurang. "Kalo kekebalannya kuat, mungkin sedikit kemungkinannya terkena tapi klo kurang akan cepat tertular. Penularan kusta memang lewat kontak fisik dengan penderita, bahkan penularannya tidak terasa, bahkan 3 tahun baru kena," katanya.
Disinggung terkait rangking, Karawang pada tahun 2011 menyandang ranking ke 3 namun ditahun 2012 peringkat tersebut naik karena banyak ditemukannya penderita kusta yang hampir mencapai 400-an. Pihaknya berharap di tahun ini banyak ditemukan lebih banyak lagi untuk mengurangi resiko penyebaran.
"Tahun 2013 ini kita baru menemukan 24 laporan, saya harapkan lebih banyak lagi untuk mengurangi penyebaran, mudah- mudahan di tahun 2013 ini pasien Kusta sudah tercover semua jadi penularannya berkurang," ucapnya.
Pemerintah menganggarkan sekitar 55 juta untuk kegiatan pencarian penderita kusta di Kabupaten Karawang. Dengan melakukan survei ke anak sekolahan, lalu lingkungan si penderita. "Bagi penderita yang sudah sembuh tetap akan kita kontrol secara kontinus untuk menghindari terjadi penularan kembali, takutnya timbul lagi, pengontrolan hingga 1-5 tahun," tuturnya.
Dirinya menghimbau kepada masyrakat yang terkena penyakit tersebut untuk segera memeriksakan dirinya ke puskesmas terdekat. "Masyrakat yang punya kusta diharapkan berobat ke puskesmas terdekat, karena klo sudah cacat itu tidak akan hilang," himbaunya.(use/lsm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aceh Harus Mandiri Pangan
Redaktur : Tim Redaksi