jpnn.com - BANDA ACEH – Perubahan sikap Din Minimi di ujung tahun tentunya diharapkan mengakhiri suhu panas di Aceh.
Dalam pernyataan tertulis beberapa waktu lalu, Din Minimi menyebut pihaknya sangat kecewa. Pasalnya, Pemerintahan Aceh di bawah kepimimpinan Gubernur Zaini Abdullah dan Wagub Muzakir Manaf (Zikir) telah lalai dan tidak mampu melaksanakan amanah nota kesepahaman (MoU) Helsinki, khususnya dalam memenuhi hak-hak para mantan kombatan GAM, bahkan korban konflik.
BACA JUGA: Seperti Ini Cara Warga Desa Sambut Kembalinya Din Minimi
“Kami siap melawan Pemimpin Aceh dengan cara apapun termasuk menggunakan senjata. Karena mereka zalim dan tidak amanah,” sebut Din Minimi.
Menurut dia, perlawanan terhadap Pemerintah Aceh yang dilakukan pihaknya, semata-mata untuk memperjuangkan keadilan. Ia beralasan, perdamaian Aceh sudah berumur 10 tahun, namun keadilan dan kesejahteraan rakyat Aceh tidak juga terpenuhi. Hal itu, sebutnya, karena kesalahan pemimpin di Aceh.
BACA JUGA: KEREN! Letakkan Senjata, Din Minimi Langsung Dapat Tawaran Kerja
Ia menambahkan, hingga saat ini masih banyak para mantan GAM yang tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan. Selain itu, banyak di antara mereka juga belum mendapatkan rumah layak huni seperti yang dijanjikan pemerintah.
Namun, setelah setahun diburu aparat penegak hukum, kelompok sipil bersenjata Din Minimi, Selasa (28/12), akhirnya turun gunung dan kembali kepada keluarga.
BACA JUGA: Keren! Kabupaten Ini Jadi Nominator Penghargaan Badan Pariwisata PBB
Mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang beranggotakan 120 orang tersebut menyerahkan diri, dijemput Kepala Badan Intelijen Letjen TNI (Purn) Sutiyoso. (iza/mag-64)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Pandangan Serius dari Pelawak
Redaktur : Tim Redaksi