NATUNA – Kepolisian Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, kemarin (14/4) mulai memproses Anto, si pembantai dua rekannya sesama anak buah kapal (ABK) Enam Saudara GT-29 di perairan Natuna. Anto ditahan Kepolisian Tanjung Balai Karimun setelah ditangkap tim Sea Rider Lanal Tanjung Balai Karimun di atas kapal tempatnya bekerja.
Tetapi, karena tempat kejadian perkara berada di wilayah hukum Natuna, akhirnya Anto, 31, dikirim ke Kepolisian Natuna. Dari Tanjung Balai Karimun, dia dibawa dulu ke Batam dengan menggunakan feri. Dia baru diterbangkan dengan pesawat Sky Air dari Bandara Hang Nadim kemarin dan tiba di Bandara Ranai, Natuna, pukul 11.15.
Pembunuhan yang terjadi Selasa dini hari lalu (10/4) itu menggegerkan warga Kepulauan Riau. Sebab, kesadisannya tak sebanding dengan penyebabnya yang ternyata sepele: hanya guyonan.
Pada Senin sore (9/4), Agus meminta Anto yang baru bekerja di kapal tersebut untuk melempar parasut agar laju kapal lebih pelan. Sambil bergurau, Agus mengatakan kepada dua ABK lain, Ghafur dan Romanto, sekalian saja melempar Anto ke laut. Gurauan itu ternyata diambil hati oleh Anto.
Di benak pria berusia 31 tahun tersebut, tumbuh dendam terhadap Agus. Kemudian warga asli Tembilahan itu merencanakan pembunuhan kepada beberapa awak kapal. Terutama Agus, 32, dan Abdul Ghafur alias Blower, 34, serta Romanto, tiga ABK yang Senin sore itu menggoda Anto dengan gurauan akan melemparnya ke laut agar dimakan hiu.
’’Saya takut mau dilempar ke laut sama mereka bertiga. Mereka mengancam saya, yang bicara saat itu memang Agus, tapi ada Romanto dan Ghafur. Maka, tiga orang itu mau saya habisi,’’ ujar Anto dengan nada polos.
Hingga kemarin, salah seorang korban tewas, Agus, belum ditemukan karena dibuang Anto ke laut setelah dibunuh. Satu korban meninggal lain adalah Ghafur. Keduanya dibunuh Anto dengan menggunakan perejang, yakni besi stainless yang ujungnya dipipihkan hingga tajam (semacam linggis).
Anto dipukul tiga kali di bagian belakang kepala dan Ghaffur ditusuk di leher sebelah kanan. Tak seperti Agus yang dibuang ke laut setelah dihabisi, Anto membiarkan jenazah Ghafur yang bersimbah darah di kamar kapten kapal.
Lalu Anto mengincar korban ketiga, Romanto. Tetapi, ketika perejang sudah diarahkannya ke dada Romanto, Sam yang sekamar dengan Romanto terbangun dan segera menarik tangan Anto. Romanto memanfaatkan kesempatan itu untuk lari keluar kamar.
’’Menurut Sam saat itu, dirinya terbangun dan melihat Anto sudah memegang perejang dan akan menusukkannya ke dada saya. Namun tak jadi, kemudian dia mengarahkannya ke leher kanan saya,’’ jelas Romanto saat ditemui Pos Metro (Jawa Pos Group).
Anto yang kalap tetap memburu Romanto. Dia memukul kening Romanto dengan besi dan pergumulan terjadi. Lengan kiri Romanto akhirnya tembus oleh perejang yang dibawa Anto.
Beruntung bagi Romanto, setelah melukainya, Anto memilih menyendiri di kamar. Itau alias Abeng, 41, sang nakhoda, yang terbangun langsung menelepon keluarga korban. Pada Selasa (10/4) sekitar pukul 19.00, keluarga korban yang berada di Karimun pun mengabarkan kejadian itu Lanal Tanjung Balai Karimun.
Tim Sea Rider Lanal Tanjung Balai Karimun langsung membekuk Anto. Dengan memperhitungkan gerak kapal dan lokasi arah tujuan kapal, Rabu (11/4) sekitar pukul 06.30 jajaran Lanal Tanjung Balai Karimun meluncur ke arah kapal.
Agar tidak curiga, tim Sea Rider berpura-pura mengecek dokumen kapal. Setelah berhasil naik ke atas kapal, dengan berawak sembilan personel, tim menyergap Anto. Meski ada perlawanan, jumlah aparat yang cukup banyak membuat pelaku tak berdaya. ’’Pelaku disergap saat lengah,’’ tegas Komandan Lanal Tanjung Balai Karimun Letkol Laut (P) Sawa. (riadi/jpnn/c7/ttg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Habis Tenggak Miras, Polisi Tembak Warga
Redaktur : Tim Redaksi