Karena Itu, Sandi Diberi Nama Tengah Salahuddin

Rabu, 15 Februari 2017 – 00:17 WIB
Mien R Uno, Ibunda Sandiaga Salahuddin Uno. Foto: Ismail Pohan/INDOPOS/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Mien R Uno, merupakan sosok perempuan super sibuk. Mien dituntut mengatur waktu secara presisi. Itu supaya kegiatan yang dijalani tidak bertabrakan. Tersusun dengan rapi dan memastikan tidak ada agenda yang terlewat dengan sia-sia.

JAKFAR SHODIK, Jakarta

BACA JUGA: Pilkada untuk Kemajuan Daerah, Jangan Golput

KEPADATAN jadwal semakin bejibun seiring perhelatan pesta demokrasi DKI Jakarta. Maklum, dalam ajang itu, salah satu putra tercinta Mien, yaitu Sandiaga Salahuddin Uno masuk barisan penantang petahana.

Sandiaga sebagai cawagub DKI Jakarta, mendampingi cagub Anies Baswedan.

BACA JUGA: Tahanan KPK Diizinkan Ikut Coblos

Mien mengaku, sabagai keluarga dengan anutan disiplin tinggi, Sandi hidup dan tumbuh dalam lingkungan ketat. Ketat dalam arti, terdidik untuk tidak menyerah pada keadaan.

Terbiasa menghadapi dan menuntaskan tantangan. Kalau perlu tantangan harus diciptakan. Dididik untuk tidak mencuri, tidak menipu, tidak berbohong, bertanggungjawab, amanah dan semacamnya.

BACA JUGA: FPI Imbau Umat Islam Kawal Pilkada DKI

Mulai kecil, malahan sejak dari masa kehamilan, Sandi sudah menunjukkan tanda-tanda unik.

Berbeda dengan Indra Cahya Uno, kakak Sandi, saat dalam kandungan, Sandiaga sudah bergerak aktif.

Anehnya, saat Mien mengandung Sandiaga, ia tidak mau makan. Mien hanya mau makan nasi dengan bumbù terasi goreng.

”Sandi ini sangat murah. Saat saya hamil tidak macam-macam mintanya. Saya hanya mau makan nasi dengan terasi,” tutur Mien mengawali kisahnya kepada INDOPOS (Jawa Pos Group) di Jalan Galuh II nomor 18, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan (Jaksel) akhir pekan lalu.

Kekagetan perempuan kelahiran Indramayu, 23 Mei 1941 itu, bertambah saat Sandiaga lahir.

Bagaimana tidak, kala pertama menyapa alam semesta ini, Sandi lahir penuh rambut, sorotan mata tajam dan hidung mancung.

Singkatnya, Sandi lahir berbeda sama sekali dengan kebanyakan orang Gorontalo atau Sulawesi.

”Karena itu, Sandi diberi nama tengah Salahuddin, supaya mengikuti jejak Salahuddin Al-Ayyubi salah satu pejuang muslim terkenal seantero jagad,” cerita peraih Ernst & Young Entrepreneur of The Year World Judge, Monte Carlo tersebut.

Kejutan Sandi berlanjut di masa kecil. Di mana, pada masa belia tersebut Sandi juga tidak bisa diam. Aktif dan terus bergerak.

Sandi akan berhenti bergerak kalau diputarin lagu klasik dan, lagu-lagu islami. Menariknya, Sandi kalau protes sesuatu dilontarkan dalam bahasa kiasan.

Kritik itu tidak langsung dilepas melalui bahasa langsung pada sasaran.

Misalnya, kala Mien membelikan baju atau celana untuk Indra Cahyo Uno. Sementara Sandi, belum diperbolehkan memakai celana dengan alasan teknis.

Pemicunya, cerita Mien, Sandi tidak boleh mengenakan celana saat itu, karena betis Sandi terluka dan dalam perawatan medis.

Khawatir kalau dilapisi celana panjang, obat yang melumuri luka Sandi akan mengelupas. Eh, Sandi malah protes.

”Seluruh dunia pakai celana panjang, Sandi tidak,” kenang Mien menirukan nada protes Sandi beraroma kiasan itu.

Meski Sandi terbilang aktif bergerak, ternyata ia tergolong anak jujur dan penurut. Pada suata waktu, Mien menaruh uang di atas meja.

Mien bilang pada Sandi, tidak boleh pegang uang itu. Karena bukan hak dan milik Sandi. Jadi, di mana pun dan kapan pun, Sandi tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan hasil jerih payahnya.

”Penanaman sikap jujur sejak dini ini penting. Karena, sangat memengaruhi mentalitas kelak saat dewasa,” ulas Dewan Ahli Emotional, Spiritual dan Quotient (ESQ) itu. (*)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Pencoblosan, Simak Nih Ajakan Ketua Forum Rektor


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler