Pengusaha ternama asal Adelaide, Yasser Shahin, mengatakan kepada pengadilan bahwa ia diperlakukan tak senonoh oleh dua petugas polisi yang menyuruhnya minggir, karena jendela mobil Rolls Royce-nya gelap.

Polisi bernama Norman Hoy, yang berusia 59 tahun, diadili karena dituduh menyerang Yasser, pemilik jaringan SPBU dan gerai makanan ‘On The Run’.

BACA JUGA: Layanan Taksi UberX Sering Kelabui Pengawas Transportasi Queensland

Dalam sidang di Pengadilan Negeri Adelaide disebut bahwa Norman Hoy meminta mobil Yasser menepi di Jalan Grenfell, distrik bisnis Adelaide, pada bulan September 2010, karena mencurigai jendela Rolls Royce itu berwarna terlalu gelap.

BACA JUGA: Sejumlah Negara Pasifik Terserang Wabah Chikungunya

Yasser mengatakan kepada pengadilan, ia bertanya kepada polisi Norman mengapa ia diminta menepi, dan Norman-pun menjawab, "Anda tidak bisa mendikte mengapa atau kapan saya bisa meminta anda untuk minggir, OK".

"Saya pikir, saya berhubungan dengan seseorang yang sok dan kemudian situasinya-pun menegang, si polisi itu mengeluarkan sejumlah pertanyaan yang diikuti dengan permintaannya untuk mengambil mobil saya," ungkap Yasser di pengadilan.

BACA JUGA: PM Tony Abbott Cukup Suka Sampul Depan Charlie Hebdo Edisi Terbaru

Ia lalu menuturkan, dirinya tengah berjalan kembali ke pintu pengemudi untuk mendapatkan kunci dari kontak, yang akan diberikan kepada Norman, saat penyerangan terjadi.

"Saya berkata 'Saya akan beri anda kuncinya', lalu saya berjalan untuk memberinya kunci, saya membuka pintunya sedikit karena ada mobil yang lewat, dan saya berusaha ambil kuncinya. Nah ketika saya membungkuk ia mencengkeram bahu kanan saya dan membanting saya dan saya-pun kehilangan keseimbangan," urai Yasser.

Ia menyambung, "Saya merasa bahu saya dicengkeram, bahu kanan saya, dan saya dibanting membelakangi mobil."

Pengadilan kemudian mendengar bahwa Norman Hoy mencoba untuk mengambil kunci dari kontak, tapi tidak bisa karena ia tak terbiasa dengan cara kerja Rolls Royce.

Yasser mengatakan, Norman Hoy lantas melakukan kekerasan fisik kembali lagi dan diduga mendorongnya.

"Saya merasa ia menyerang saya lagi di dada, dengan telapak yang terbuka," ceritanya.

"Itu tak terduga dan benar-benar membuat saya terkejut," sambungnya.

Ia mengatakan, dirinya mencoba untuk merekam kejadian itu karena "ia tak suka dengan apa yang terjadi", tapi ia kesulitan.

Polisi Norman justru memiliki alat perekam pribadi yang merekam sebagian besar insiden tersebut. Ini akan diputar untuk juri di persidangan berikutnya.

Kekerasan yang ditunjukkan polisi melanggar hukum

Yasser adalah direktur eksekutif sebuah perusahaan yang memiliki beberapa bisnis di Australia Selatan, termasuk ‘BP On the Run’, ‘Smokemart’ dan ‘Krispy Kreme’.

Norman Hoy sendiri mengaku tidak bersalah atas tuduhan penyerangan yang dilakukannya. Ia juga diduga menyalahgunakan kekuasaannya.

Jaksa Nick Healy mengatakan kepada juri, kekerasan yang dilakukan terhadap Yasser itu melanggar hukum.

Yasser-pun mengutarakan bahwa ia merasa diperlakukan tak senonoh oleh Norman Hoy dan polisi yunior yang ada bersamanya.

"Saya secara konsisten diteriaki ... itu adalah bagian dari pola untuk menekan atau mengintimidasi saya," katanya.

Ia pun tak membantah bahwa dirinya sempat berkata kepada sang polisi yunior "Anda bukan pengacara, saya lebih paham hukum daripada Anda, jadi jangan bilang di mana saya harus berdiri.”

 Tapi ia mengaku, semua perkataanya itu tak disertai dengan tindakan agresif atau berdiri di dekat wajah petugas.

Persidangan inipun masih terus berlanjut.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ulama Perth Sebut Sampul Edisi Terbaru ‘Charlie Hebdo’ Ofensif

Berita Terkait