Pilot senior Garuda Indonesia Jeffrey Adrian mengatakan, Kalimantan memang medan yang sulit bagi penerbangan. Area hutan membuat penerbang kesulitan mencari lokasi pendaratan darurat. "Terbang di daerah seperti Kalimantan dan Papua lebih banyak mengikuti visual flight rules (VFR)," ujarnya di Twitter
VFR adalah cara menerbangkan pesawat dengan mengikuti landmark atau tanda alam yang ada. Misalnya, terbang mengikuti sungai, gunung, hingga garis pantai. Pola seperti ini dilakukan pada awal perkembangan dunia penerbangan. Saat itu navigasi yang digunakan adalah kompas dan daratan dengan mengikuti tanda-tanda alam.
Namun, cara tersebut tentu memiliki kelemahan. Salah satunya, keterbatasan jarak pandang karena cuaca. Kabut yang tebal atau hujan bisa langsung membuyarkan pandangan pilot yang menggunakan pola VFR. Terbang dengan VFR jelas butuh cuaca yang kondisinya bagus supaya jarak pandang bisa jauh. "Terbang dengan kondisi minim, aturan yang utama visual. Tidak visual (pandangan tidak jelas), segera pulang," sarannya.
Jeffrey mengatakan, pengenalan daerah terbang mutlak diperlukan. Begitu juga pengetahuan akan kondisi pesawat yang akan digunakan untuk melintasi medan seperti Kalimantan.
"Analisa saya, VFR, lost position," tandasnya. Artinya, bisa jadi, ada yang mengakibatkan pilot Kapten Marshal Basir kehilangan pandangan, lantas kehilangan posisi dan bahan bakar. Berdasar informasi, ada saksi yang menyebut pesawat terbang rendah, kemudian hilang. Selain pilot, tiga penumpang lainnya adalah GM Elliotts Geophysics International (EGI) Peter John Elliot (warga Australia), Officer Manager EGI Janri Jendrizal, dan security officer dari Kementerian Pertahanan Kapten Suyoto.
Pesawat diperkirakan jatuh di sekitar Desa Kandolo,Teluk Pandan, Kutai Timur. Hal itu didasarkan pada titik koordinat terakhir yang diterima Bandar Udara Temindung, Samarinda. Yakni, 117 derajat 14"5.7624"E, 0 derajat 9" 35.9316"N atau 117 derajat 28"18.5628"E, 0 derajat 15" 50.5908"N.
Upaya pencarian diawali di kawasan Gunung Pilar. Sebuah kawasan perbukitan dengan kondisi topografi dataran curam dan hutan belantara. Medannya sangat berat. Jalannya dipenuhi lumpur dan batu-batuan yang tajam. (dim/jpnn/c1/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panitia CPNS Sanggah Pengamanan Soal Lemah
Redaktur : Tim Redaksi