Karhutla di Bengkalis Riau Diyakini Tak Akan Merambat Sampai ke Jambi

Selasa, 26 Februari 2019 – 14:57 WIB
Pemadaman karhutla via udara. Foto: sumeks.co.id

jpnn.com, JAMBI - Kondisi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Jambi masih dalam status aman terkendali. Ini karena kondisi curah hujan masih tinggi di Jambi.

Paling tidak hingga Februari ini diperkirakan titik api tidak diperkirakan bertambah dari sebelumnya. Yakni sebanyak empat titik panas (Hotspot) ditemukan selama 2019.

BACA JUGA: TNI Kirim Ratusan Prajurit Bantu Atasi Karhutla di Pekanbaru

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bachyuni Deliansyah menyebutkan pada Januari dari data pihaknya ada tiga hotspot terpantau, namun tidak berbahaya karena hujan yang masih berlangsung.

“Pada Januari ada tiga yakni di Sarolangun, Muaro Jambi dan Batanghari. Sementara untuk bulan ini tepatnya 1 Februari lau hotspot terpantau di Kerinci,” jelas Bachyuni Deliansyah, Senin (25/2).

BACA JUGA: Guru Besar IPB: Jangan Politisasi Status Siaga Karhutla di Riau

Langkah antisipasi sendiri dia menjelaskan ada beberapa program persuasive yang akan dilakukan pihaknya untuk mencegah kemungkinan terburuk Karhutla. “Dalam program kita nanti akan melaksanakan desa tangguh, semacam sosialisas di desa-desa pada bulan maret ,lalu kita lihat situasi kika musim kemarau tiba kita akan dirikan posko karhutla juga,” jelasnya.

Selnjutnya untuk antisipasi karhutla akan dilakukan seperti keberhasilan pemadaman pada tahun lalu. Seperti Mendirikan Posko dan menggunakan sumberdaya yang ada untuk pemantauan dan pengendalian operasi pemadaman api dan asap akibat karhutla.

BACA JUGA: Jangan Dipolitisasi ! Hargai Usaha Banyak Pihak untuk Cegah Karhutla

Kemudian juga meminta Bupati / Walikota sesuai dengan kewenangannya mengeluarkan pernyataan siaga darurat/ tanggap darurat bencana kebakaran hutan dan lahanyang terjadi di wilayahnya. Lalu yang tak kalah penting yakni melakukan patroli darat dan udara.

“Tahun lalu Untuk pemadaman udara kita mengunakan helikopter water bombing, Karena tahun lalu mendapatkan bantuan helikopter water bombing sebanyak tiga unit helikopter water bombing dan satu unit helikopter untuk pelaksanaan patroli udara,” sampainya. Setelah itu Bayu menyebut melakukan koordinasi, evaluasi, dan perencanaan penanganan pemadaman selanjutnya.

Untuk jumlah areal alahan yang dipadamkan selama 2018 ini sendiri Bayu menyebut keseluruhan ada jumlah 970,16 ha, yang terbanyak terdapat di luar kawasan hutan atau disebut dengan areal penggunaan lain (APL) seluas 675,41 ha atau setara dengan 70 persen. Kemudian barulah kawasan hutan seluas 294,75 ha atau berkisar pada angka 30 persen.

“Dan yang palin sedikit arealn yang terbakar adalah areal gambut luas yang terbakar seluas 272,06 ha atau sama dengan 28 persen saja,” ujar Bachyuni.

Untuk 2018 sendiri berdasarkan catatan BPBD dalam pemantauannya untuk titik panas ada sebanyak 331 Hotspot. Dimana Kabupaten Muaro Jambi menjadi yang terbanyak yakni 67 hotspot , diikuti Tanjung Jabung barat sebanyak 58 Hotspot, lalu Kabupaten Tebo sebanyak 51 hotspot.

Ditambahkan oleh Kasi Pencegahan BPBD Provinsi Jambi Ade Azizah bahwasanya sekarang di Jambi terpantau aman dan tidak ada potensi jadi titik api. “Kejadian di riau mudah-mudahan tidak sampai ke Jambi , tapi kita tetap siaga. Tetapi jika merujuk pada kondisi cuaca didaerah (Panas, red) belum sampai di wilayah barat,” sebutnya.

Untuk persaipan musim kemarau sendiri Ade menyebut biasanya pihaknya akan diinformasikan oleh BMKG Jambi. “Kita akan diinformasikan jika masuk musim baru,” katanya.

Sebelumnya untuk kondisi di Provinsi Jambi sendiri menurut Prakirawan BMKG Jambi, Octa Irawan bahwasanya Provinsi Jambi masih berada diposisi musim hujan hingga akhir April 2019. Provinsi Jambi sendiri memiliki dua karateristik puncak musim hujan. Yaitu pada November-Desember 2018 lalu akan lebih tinggi dibandingkan fase bulan penghujan lainnya. Kemudian puncak kedua terjadi pada bulan Maret-April.

"Jadi jangan heran jika bulan Februari sampai Maret ini kondisi hujan berkurang, karena ini proses peralihan cuaca," sampainya.

Jika merujuk pada puncak musim kemarau tahun lalu terjadi pada bulan Juli. Tetapi pihak BMKG mendapati fenomena bahwa pada musim kemarau di tahun 2018 ini bersifat normal. Dengan artian tetap akan terjadi hujan walaupun intensitas hujannya rendah, dan frekuensi hujan lebih jarang. Sedangkan untuk tahun ini status puncak musim kemarau belum dikeluarkan BMKG. (aba)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gubernur Baru Riau Disambut Api Karhutla di Tiga Kabupaten


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler