MATARAM-Beberapa warga yang tidak mendapatkan kartu jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) mulai mengeluh. Meski kesejahteraan mereka tidak kunjung membaik, namun pemerintah telah menarik kartu yang selama ini mereka andalkan untuk mengurangi beban hidup.
Kondisi itu membuat mereka semakin susah, terlebih biaya hidup saat ini makin mahal. Seperti yang dialami Supiah, warga Lingkungan Tohpati, Cakra Utara. Ia merasa sedih saat warga lainnya menerima kartu jamkesmas dari pemerintah. Sementara dirinya yang sudah menunggu, tidak kunjung dibangikan. Ia berharap kartu jamkesmas sudah ditarik pemerintah diganti dengan yang baru.
Namun setelah menunggu sekian lama, kartu yang ditunggu tidak kunjung diterima. Ia pun harus menelan harapan itu dalam-dalam, setelah mengetahui dirinya tidak lagi mendapatkan kartu jamkesmas. ’’Kenapa saya belum dapat,” katanya.
Wanita yang bekerja sebagai kuli panggul di Pasar Cakranegara ini mengaku akan sangat kesulitan setelah kartu itu ditarik pemerintah. Sebab selama ini, kartu itu cukup membantu meringankan beban hidupnya. Mulai dari biaya pengobatan, hingga biaya sekolah anaknya, Minsari yang masih duduk di bangku kelas empat SDN 24 Cakranegara.
Dari penghasilannya sebagai kuli panggul itulah ia membesarkan anaknya seorang diri, karena ia sudah lama bercerai. ’’Saya tidak tahu nanti mau dapat uang dari mana untuk sekolah anak saya,” katanya.
Anak semata wayangnya itu menjadi satu-satunya harapan hidupnya. Untuk itu ia berkeinginan menyekolahkannya sampai ke perguruan tinggi. Namun mahalnya biaya pendidikan, menyurutkan semangat Supiah untuk bisa memasukkan anaknya ke sekolah tinggi. ’’Untuk masuk SMP saja sekarang mahal, apalagi SMA makin susah. Kalau tidak punya uang ya tidak bisa masuk,” katanya.
Hal serupa dialami Usmiati, warga Tohpati lainnya. Meskipun kesejahteraan keluarga belum meningkat, ia sudah tidak mendapatkan kartu jamkesmas. ’’Kami berharap pemerintah bisa memberikan kami kartu itu lagi,” harapnya. (cr-ili)
Kondisi itu membuat mereka semakin susah, terlebih biaya hidup saat ini makin mahal. Seperti yang dialami Supiah, warga Lingkungan Tohpati, Cakra Utara. Ia merasa sedih saat warga lainnya menerima kartu jamkesmas dari pemerintah. Sementara dirinya yang sudah menunggu, tidak kunjung dibangikan. Ia berharap kartu jamkesmas sudah ditarik pemerintah diganti dengan yang baru.
Namun setelah menunggu sekian lama, kartu yang ditunggu tidak kunjung diterima. Ia pun harus menelan harapan itu dalam-dalam, setelah mengetahui dirinya tidak lagi mendapatkan kartu jamkesmas. ’’Kenapa saya belum dapat,” katanya.
Wanita yang bekerja sebagai kuli panggul di Pasar Cakranegara ini mengaku akan sangat kesulitan setelah kartu itu ditarik pemerintah. Sebab selama ini, kartu itu cukup membantu meringankan beban hidupnya. Mulai dari biaya pengobatan, hingga biaya sekolah anaknya, Minsari yang masih duduk di bangku kelas empat SDN 24 Cakranegara.
Dari penghasilannya sebagai kuli panggul itulah ia membesarkan anaknya seorang diri, karena ia sudah lama bercerai. ’’Saya tidak tahu nanti mau dapat uang dari mana untuk sekolah anak saya,” katanya.
Anak semata wayangnya itu menjadi satu-satunya harapan hidupnya. Untuk itu ia berkeinginan menyekolahkannya sampai ke perguruan tinggi. Namun mahalnya biaya pendidikan, menyurutkan semangat Supiah untuk bisa memasukkan anaknya ke sekolah tinggi. ’’Untuk masuk SMP saja sekarang mahal, apalagi SMA makin susah. Kalau tidak punya uang ya tidak bisa masuk,” katanya.
Hal serupa dialami Usmiati, warga Tohpati lainnya. Meskipun kesejahteraan keluarga belum meningkat, ia sudah tidak mendapatkan kartu jamkesmas. ’’Kami berharap pemerintah bisa memberikan kami kartu itu lagi,” harapnya. (cr-ili)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Serang Pengajian Ar-Rahman
Redaktur : Tim Redaksi