Karya Langka Seniman Bali Sudah Bisa Dinikmati

Selasa, 11 September 2018 – 07:24 WIB
Sponsor sekaligus penyelenggar Daniel Jusuf, berfoto dengan dua seniman. Foto: istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Pameran dwitunggal hasil karya dua seniman besar asal Bali, I Ketut Budiana dan Ida Bagus Putu Sena resmi dibuka 6 September lalu. Karya-karya seni lukis tradisional Bali itu bisa dinikmati pengunjung hingga 1 Oktober mendatang di Museum Puri Lukisan.

Dari pantauan, antusiasme masyarakat sangat besar. Pengunjung tampak memadati arena pameran. Deretan papan bunga yang memberi ucapan selamat dari dalam dan luar negri sangat banyak. Tokoh-tokoh seni besar juga tampak hadir di antaranya Kurator Seni Jean Couteau, Maestro Lukis Indonesia Sidik W Martawidjojo. Sultan Cirebon dan Permaisurinya juga tidak ingin melewatkan momen tersebut.

BACA JUGA: Balitbang Kemhan Gelar Pameran Bursa Litbang Pertahanan

Dalam pameran bertema "Whirling" dan "Muter Tattwa" itu, Budiana banyak menonjolkan sosok monster dalam karya-karyanya. Aura lukisannya "mistis". Karismatik.

Wanita di lukisan Budiana digambarkan sebagai sosok bumi. Sedangkan sosok pria diibaratkan sebagai simbol air. Keduanya menyatu didalam ibu pertiwi.

BACA JUGA: Agar Seniman Bali tak Semakin Tenggelam

"Pesan yang ingin saya sampaikan bumi ini sudah memberikan lebih kepada manusia. Hanya kadang manusia yang kurang bersyukur," ujar Budiana.

Seniman yang memiliki ciri khas lukisan berkarakter kuat dan beraura mistis ini menonjolkan warna abu-abu dan putih. Sosok manusia (bukan wanita, bukan juga pria). Berjalan ditemani seekor anjing berwarna hitam. Yang artinya dosa dan kebaikan.

BACA JUGA: Pameran Industri Terbesar, One Mega Industrial Event 2018

"Dia yang akan menuntun kita di dunia orang mati," ucapnya. Sangat berbeda dengan Budiana, Sena memamerkan lebih banyak lukisan berukuran lebih kecil. Baginya, lukisan kecil atau besar semuanya berharga.

Sena yang merupakan cucu dari generasi pertama pelukis Bali yang mendunia, Ida Bagus Kembeng itu lebih menonjolkan nilai-nilai agama dalam karya lukisnya.

"Saya melihat budaya Bali itu tetap hidup karena pengaruh dari agama. Agama itu adalah inti kehidupan. Budaya itu kulitnya. Jadi harus ada sinergi terus menerus antara budaya dan agama," ujar seniman yang enggan dikotak-kotakkan oleh aliran dalam berkarya itu.

Berdasarkan pengetahuan dasar kecakapan teknik dan nilai-nilai filosofi agama Hindu, Sena mengembangkan gaya ungkap pribadinya. Kekuatannya ada pada eksplorasi visual dengan kosa rupa tradisi Ubud dan teknik tradisional.

Menggunakan teknik abur (sigar mangsi) diterapkan berlapis-lapis dan digarap dengan sangat telaten.

"Melukis bukan sekadar menggurat bentuk dan menyapu kuas. Tapi merupakan proses renungan yang dalam. Karena saya harus paham dulu tentang apa yang dilukis. Agar karya saya bisa tersampaikan dengan baik kepada masyarakat," ungkapnya.

Karya seni Sena bak sebuah kelir (wayang). Dia adalah dalangnya. Audiens seakan mendapatkan pertunjukkan wayang di atas kanvasnya. Karena inspirasinya adalah Kitab Ithiasa, yang berisi kisah Ramayana dan Mahabarata. Dikemas dengan kekuatan sastra yang tinggi.

Sementara itu Daniel Jusuf selaku penyelenggara pameran tersebut mengaku puas melihat antusiasme masyarakat Bali. Sejak dibuka, pengunjung selalu ramai dan rata-rata pengunjung mengakui kehebatan dua seniman ini.

"Budiana dan Sena sangat kuat dalam penggambaran objek, unik, khas. Dan lebih penting lagi, sarat makna filosofis," pujinya, pameran dwitunggal painting bertema "Whirling" dan "Muter Tattwa" itu.

Dia mengaku bersyukur, bisa menghadirkan dua seniman itu dalam pameran kali ini. Menurutnya, sudah saatnya seniman Bali bangkit. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Produk dan Layanan Sertifikasi SNI Dipamerkan di Makassar


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler