Kasatpolair di Jember Disandera Warga

Dianggap Lindungi Pencari Ikan dengan Potas

Sabtu, 07 April 2012 – 12:01 WIB

JEMBER - Ratusan warga Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo Ambulu, Jember, Jatim, terlibat ketegangan dengan satuan polair tadi malam. Kasatpolair Puger AKP Nur Mahfud dan anggotanya, Brigpol Yerri Dwi Setyono, disandera di rumah Ngadi Purwanto, kepala dusun setempat. Dalam insiden itu juga terjadi bentrokan antara warga dan polisi.

Bentrokan tak bisa dihindarkan saat anggota dalmas berusaha membebaskan dua polisi yang disandera warga tersebut. Warga melakukan penyanderaan itu karena menganggap polisi melindungi pencari ikan yang menggunakan potas.

Radar Jember (JPNN Group) melaporkan, di dekat lokasi penyanderaan warga bersenjata pentungan dan batu berjaga-jaga. Di situ juga terlihat sebuah sepeda motor trail Kawasaki yang telah dirusak warga.  "Itu milik Yerri (Brigpol Yerri Dwi Setyono, Red). Dia di dalam dan tidak boleh keluar," teriak salah seorang warga.

Entah apa pemicunya, mendadak warga mengamuk dan memukuli sepeda milik Yerri dengan batu dan pentungan. Bahkan, ada warga yang mengarak sepeda motor polisi tersebut. "Diober bei (dibakar saja, Red)," teriak warga. Untung, tindakan anarkistis itu tidak sampai dilakukan karena bisa ditahan warga lain.

Kapolres Jember AKBP Jayadi yang berada di lokasi kejadian dengan didampingi Kabagops Kompol Imam Fauzi dan Kapolsek Ambulu AKP Sutarjo berusaha menenangkan warga. Di tengah diskusi mereka dengan warga, sekitar pukul 19.30, tiba-tiba satu peleton dalmas mendatangi rumah tersebut. Anggota dalmas itu berusaha masuk untuk membebaskan dua polisi tersebut.

Lantaran jumlah massa terlalu banyak, usaha itu tidak membuahkan hasil dan justru membuat suasana semakin panas. Warga yang sejak awal bersenjata kayu menyerang petugas. Tak ayal, bentrokan antara warga dan polisi tidak bisa dihindarkan. Bahkan, Jayadi tampak terjebak di tengah-tengah bentrokan tersebut bersama Imam. Anggota polisi akhirnya berusaha melindungi mereka.

Saat situasi semakin panas, kayu-kayu yang dibawa warga dilemparkan kepada petugas yang tidak membawa pelindung. Tak ingin suasana menjadi kian panas dan jatuh korban jiwa, polisi memilih mundur.

Kala petugas mundur, warga berusaha terus merangsek agar polisi menjauh. Saat itulah warga melempari petugas dengan kayu. Akibatnya, kepala salah seorang anggota berdarah.

Warga mengaku kesal karena pihak polair melindungi para perusak lingkungan yang mencari ikan di Pantai Watu Ulo dengan potas. Apalagi, kemarin sekitar pukul 15.00 kapal yang diduga berasal dari Bali menyandarkan perahu di Pantai Papuma.

Kebetulan, saat itu Yerri bertugas dan terkesan membiarkan kapal tersebut. "Seharusnya, mereka ditangkap. Apalagi, mereka melakukan bongkar muat di sana," ujar Ahmad, salah seorang warga.

Warga juga kesal karena kapal tersebut kabur setelah tahu didatangi. Karena tidak puas dengan penanganan petugas, warga kemudian bertindak. Yerri diamankan ke rumah Kasun Ngadi. "Saudara kami yang mencari ikan dengan kompresor saja ditahan, kenapa mereka yang menggunakan potas dibiarkan?" ujarnya.

Dua bulan lalu dua warga Pahyangan, Watu Ulo, yakni Asmad dan Andrik, ditangkap polair karena ketahuan menangkap ikan dengan menggunakan kompresor. Karena itu, warga meminta dua warga tersebut dikeluarkan dari tahanan, kemudian ditukar dengan dua anggota polisi yang mereka sandera. (ram/jum/jpnn/c11/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ide Danau Toba Lokasi Judi Langsung Ditentang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler