jpnn.com, JAKARTA - Nasib 30 pekerja migran Indonesia (PMI) di Jeddah, Arab Saudi memprihatinkan. Mereka disebut belum menerima gaji bulan Maret lalu.
Restoran tempat mereka bekerja juga ditutup sejak akhir Maret, setelah Kerajaan Arab Saudi kembali memberlakukan karantina wilayah.
BACA JUGA: Pemerintah Menyiapkan Skema Kepulangan 34 Ribu Pekerja Migran Indonesia
Perwakilan PMI Rinto Purbaya bercerita, bersama sepuluh orang lain terbang ke Jeddah untuk bekerja d sebuah restoran di Taif, Jeddah. Mereka tiba 7 Maret dan langsung bekerja hingga 23 Maret.
Menurutnya, lockdown di Jeddah ketika itu telah dibuka. Karenanya, memungkinkan bagi mereka untuk bekerja. Namun, karantina wilayah rupanya kembali diberlakukan. Akibatnya, restoran tempat mereka bekerja juga kembali ditutup.
BACA JUGA: Kisah Pilu Pekerja Migran Indonesia di Malaysia
"Saya dan beberapa teman lain setidaknya telah bekerja dari 7 Maret hingga 23 Maret. Masih ada PMI lain, totalnya ada 30 orang dengan berbagai posisi. Sejak 23 Maret restoran belum dibuka," ujar Rinto dalam pesan tertulis yang diterima, Rabu (20/5).
Rinto mengatakan, mereka rata-rata belum menerima gaji dari hasil pekerjaan bulan Maret.
BACA JUGA: Dramatis, Karyawan Ninja Express Kabur dari Sekapan Rampok Bersenpi, Ambruk
"Gaji katanya akan dibayar sesuai peraturan kerajaan, tetapi sampai saat ini belum ada keputusan formal langsung dari bos," ucapnya.
Rinto juga mengatakan, suplai bahan makanan dari perusahaan seminggu sekali dikirim. Namun, pengiriman dilakukan secara terpisah-pisah. Misalnya, minggu ini sayuran, minggu berikutnya baru beras yang dikirim.
"Kami jagi bingung, karena tidak sekaligus, sampai saat ini masih seperti itu pendistribusian sembako oleh perusahaan. Perusahaan pernah berjanji gaji periode Maret akan diberi 23 April, tetapi mereka ingkar," ucapnya.
Rinto lebih lanjut mengatakan, Konsulat Jenderal RI pernah memberi bantuan sembako berupa beras 160 kg, tuna kaleng 1 dus, indomie 3 karton, kecap manis 1 dus dan saos sambal 1 dus, pada 15 April lalu. Namun, bantuan tersebut masih sangat kurang.
"Kami minta tolong sama pihak KBRI Riyadh cc KJRI di Jeddah untuk memediasi, menanyakan gaji dan kelanjutan kontrak kerja kami. Sebab, nasib kami masih digantung oleh perusahaan," ucapnya.
Rinto berharap pemerintah Indonesia bersedia membantu mereka untuk dapat dipulangkan kembali ke Tanah Air. (gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang