jpnn.com, JAKARTA - Direktur Strategi dan Analisis Data Lembaga Analisis Politik Indonesia (L-API) Fadlin Guru Don (FGD) menyayangkan ucapan Staf Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan, Ali Mochtar Ngabalin karena menganggap #2019GantiPresiden sebagai gerakan makar.
Menurut Fadlin, reaksi Ali Ngabain itu sangat berlebihan. Karena itu, wajar jika ada pandangan bahwa orang di lingkungan Istana seperti yang ditunjukkan Ali Mochtar Ngabalin dianggap bentuk kepanikan Istana.
BACA JUGA: Prabowo Sindir Rezim Jokowi Jauh dari Cita Pendiri Bangsa
“Ucapan Ali Mochtar Ngabalin terhadap #2019GantiPresiden sebagai gerakan makar merupakan bentuk kepanikan Istana dan melemahkan Jokowi,” kata Fadlin di Jakarta, Minggu (2/9).
Lebih lanjut, Fadlin mengatakan reaksi Ngabalin tersebut juga memunculkan pandangan bahwa pihak penguasa bersikap intimidatif terhadap hak-hak warga negara.
BACA JUGA: Muncul Lagi Isu Anti-Tionghoa, Waspadalah!
“Kami kasihan, Pak Jokowi yang selama ini terlihat sejuk dan ramah tapi tercederai oleh sikap orangnya sendiri yang kadang-kadang loss control,” ucapnya.
Akademisi Universitas Mercu Buana ini mengatakan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sejauh ini sangat tinggi. Namun begitu, orang seperti Ngabalin harus didiamkan demi menjaga kestabilan elektabilitasnya.
BACA JUGA: Pak Prabowo, Mohon Lebih Kalem kalau Ada Wartawan TV
“Untuk menjaga kestabilan elektabilitas, Jokowi harusnya mendiamkan orang seperti Ngabalin, ada waktunya Ngabalin harus bicara, misalnya menyosialisasi program dan keberhasilan Jokowi atau mempromosikan Jokowi saat kampanye nanti, bukan justru menjadi duri dalam daging seperti itu,” imbuh Fadlin.
FGD juga mengingatkan kepada Jokowi untuk berhati-hati kepada timbulnya opini publik yang menganggap rezim Jokowi sebagai rezim otoriter yang dapat mengacam pada kekalahannya di Pilpres 2019. Karena, menurutnya sikap persekusi terhadap Neno Warisman di Riau dan Ahmad Dani di Surabaya merupakan sikap represif terhadap kebebasan warga negara dalam berpendapat dan berserikat.
Fadlin juga mengatakan bahwa IQ Ngabalin telah over capacity dalam menafsirkan tagar 2019 ganti presiden sebagai gerakan makar.
“IQ Ngabalin telah over capacity dalam menerjemahkan tagar 2019 ganti presiden sebagai gerakan makar. Dia kelebihan cerdas. Masa iya, rakyat sendiri harus dianggap sebagai musuh yang mengancam kekuasaan, lagi pula apa indikatornya? Penyerangan tidak ada, senjata tak punya. Harusnya pikiran Ngabalin mengikuti undang-undang bukan undang-undang yang harus mengikuti pikirannya,” terang Fadlin.
FGD juga mengingatkan Ngabalin agar berhenti berpikir suudzon kepada rakyat Indonesia. Menurutnya, rakyat Indonesia masih sangat mencintai Negara Kesatuan Repoblik Indonesia.
Fadlin juga khawatir, jika kecurigaan semacam ini terus diembuskan justru memprovokasi rakyat untuk saling berhadap-hadapan. Kata Fadlin, pendukung Prabowo dan Jokowi selama ini cukup bersilang pendapat jangan lagi membuat peperangan di antara mereka.
Fadlin juga mengingatkan kepada para elite negara untuk tetap menjaga perbedaan ini sebagai keniscayaan dalam berdemokrasi, bukan sebagai ruang untuk saling adu kekuatan dalam menindas yang lain.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Moeldoko Dorong PDIP Genjot Sosialisasi Prestasi Jokowi
Redaktur & Reporter : Friederich