jpnn.com, SEMARANG - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo langsung bertindak cepat merespons kabar tiga perawat RSUD Bung Karno Surakarta yang diusir pemilik indekos.
Ganjar langsung menelepon para perawat yang diusir tersebut dan meminta penjelasan kronologi kejadian sekaligus nomor telepon pemilik indekos yang diduga mengusir tiga perawat tersebut.
BACA JUGA: Innalillahi, Perawat PDP Corona itu Meninggal Dunia setelah Melahirkan Bayinya
"Tadi langsung saya telepon ketiganya, Alhamdulillah semuanya sudah aman karena sudah dijemput pihak rumah sakit. Karena itu rumah sakit baru, jadi ada banyak ruangan yang kosong yang dipakai untuk mereka sementara," kata Ganjar.
Dia juga langsung menelepon pemilik indekos yang telah mengusir para perawat tersebut.
BACA JUGA: Kasihan, Para Perawat Hanya Dibayar Rp200 Ribu per Bulan
Saat ditelepon, pemilik indekos mengaku khawatir suaminya tertulari corona mengingat tiga perawat itu bertugas di rumah sakit yang menjadi rujukan pasien covid-19.
"Saya telepon pemiliknya, dia menangis dan minta maaf. Bahasanya dia tidak mengusir, hanya takut suaminya tertular. Saya heran kenapa bisa begitu, padahal si ibu pemilik kos ini adalah bidan," sambung Ganjar.
BACA JUGA: Cerita Perawat Honorer K2 Menghadapi Pasien Tidak Jujur
Sampai saat ini, lanjut Ganjar, tiga perawat yang diusir dari indekos itu dalam kondisi aman. Ketiganya sementara ini tinggal di rumah sakit dengan fasilitas yang ada.
"Edukasi memang harus kita tingkatkan untuk menghindari hal-hal semacam ini. Selain itu, kami juga sudah menyiapkan tempat khusus yang dapat digunakan para tenaga medis untuk tinggal apabila terjadi hal serupa. Namun sebenarnya, kalau edukasi kepada publik sudah baik, tentu tidak akan terjadi hal semacam ini," tegas Ganjar.
Sementara itu, salah satu perawat yang diusir dari indekosna, Siska mengatakan, dia dan dua temannya yang bekerja di RSUD Bung Karno langsung dihubungi pemilik kos. Mereka diminta untuk pindah secepatnya.
"Saya baru bangun tidur, tiba-tiba dapat WA itu. Intinya disuruh pergi karena posisi rumah sakit kita jadi rujukan COVID-19. Mungkin ibu kosnya khawatir," katanya.
Hal itu jelas membuatnya kebingungan. Karena diminta pergi mendadak, mereka bingung mencari tempat tinggal dimana.
"Akhirnya kami dijemput pihak rumah sakit dan sekarang tinggal di rumah sakit ini. Jelas kami syok dan kecewa sekaligus sakit hati, kenapa kami diperlakukan semacam ini," sambungnya.
Siska mengatakan sangat senang karena permasalahannya itu langsung ditindaklanjuti oleh pemerintah. Gubernur Ganjar, lanjut Siska, mmemang telah meneleponnya.
"Tadi Pak Ganjar telepon dan menanyakan kronologis. Beliau juga tanya kondisi kami serta tanya nomor telpon ibu kos dan direktur rumah sakit kami," terangnya.
Siska berharap masyarakat tidak memberikan stigma negatif pada tenaga medis yang merawat covid-19. Sebab lanjut dia, selama bertugas mereka dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (APD) dan menerapkan standar protokol kesehatan.
"Kami sudah dilengkapi APD setiap bertugas, kami juga ada protokol yang ketat. Setiap selesai bertugas kami diwajibkan mandi. Insyaallah semua aman, saya minta masyarakat mengerti," tutupnya. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia