jpnn.com - JAKARTA - Anggota Komisi III DPR John Kenedy Aziz mengatakan, kunjungan spesifik komisi hukum DPR ke Desa Awar Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur tak mudah. Tim menemukan kendala memperoleh informasi karena warga kampung mendiang Salim Kancil itu ketakutan.
"Kami investigasi tanpa protokoler karena kami ingin hasilnya original. Yang kami sedihkan untuk cari info di Selok Awar Awar tak mudah. Semua masyarakat ketakutan," kata John di gedung DPR Jakarta, Senin (5/10).
BACA JUGA: Tolak Penggusuran, Warga DKI Bawa Keranda Hingga Pocong di Balai Kota
Namun, dengan berbagai upaya, tim komisi III berhasil meyakinkan sejumlah warga dan mengorek keterangan tentang sosok Salim Kancil dan perjuangannya hingga aktivis itu dibantai secara sadis.
"Di situ kami temukan bahwa sebenarnya Salim Kancil pada awalnya bela tanah dia. Kalau diibaratkan dia minta tanah dia jangan disamakan (dijadikan lokasi tambang) dengan tanah lain," kata John.
BACA JUGA: Kisah Suami yang Tak Lagi Bernafsu dengan Istri Cantiknya, Padahal Servisnya Bikin...
Nah, pada akhirnya pro kontra tambang pasir di desa itu semakin panas. Sampai pada saat sebelum terjadi pembantaian, kelompok Salim melaporkan adanya intimidasi hingga ancaman pembunuhan ke polisi. Tapi, hal itu tidak ditanggapi aparat.
"Cuma laporan tersebut tidak ada tindak lanjutnya oleh kepolisian, gak ada perlindungan sehingga terjadi pembunuhan. Pembunuhan memang sadis. Secara kemanusiaan itu tidak manusiawi," ungkap politikus Golkar itu.
BACA JUGA: Aseeek...Haji Lulung Siap Jadi Cagub DKI
Padahal, jarak antara Desa Selok Awar Awar ke kantor polisi terdekat hanya 12 km, atau sekitar 10 menit ditempuh menggunakan kendaraan roda dua. Sayangnya, selama lebih 1 jam proses pembantaian terjadi, aparat kepolisian tidak hadir menyelematkan Salim.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ahok: TNI Berhasil Mereformasi Diri
Redaktur : Tim Redaksi