jpnn.com, SEOUL - Korea Selatan melaporkan 34 kasus baru COVID-19, Minggu (10/5), setelah virus corona menyerang sejumlah kelab malam di Negeri Ginseng itu.
Laporan menyebutkan sejumlah kelab malam dikunjungi oleh pengunjung yang kemudian dinyatakan positif tertulari virus corona.
BACA JUGA: Alasan Korea Selatan Longgarkan Lagi Aturan Social Distancing
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), kasus baru itu terdiri dari 26 infeksi domestik dan delapan infeksi dari luar negeri.
Jumlah tersebut merupakan angka infeksi per hari tertinggi sejak 9 April 2020.
BACA JUGA: Tiru Korea Selatan, Ganjar: Kami Akan Sedikit Memaksa
Setelah berjuang melawan pandemi corona, Korea Selatan sempat mencatat nol atau sangat sedikit kasus domestik dalam sepuluh hari terakhir, dengan penghitungan harian berkisar sepuluh kasus dalam minggu-minggu terakhir.
Munculnya klaster baru ini terjadi lantaran sejumlah kelab malam di Seoul, yang dikunjungi seorang pria berusia akhir 20-an, sebelum dirinya dinyatakan positif terinfeksi virus.
BACA JUGA: Kabar Tak Sedap soal Perkembangan Corona di Padang
Sedikitnya 15 orang dilacak setelah kasus pria tersebut, dan 14 dari 26 kasus dilaporkan dari Seoul, meskipun KCDC tidak menentukan berapa yang terkait.
Penularan baru itu mendorong Seoul untuk memberlakukan penghentian sementara semua fasilitas hiburan malam pada Sabtu (9/5).
Otoritas setempat sedang melacak sekitar 1.500 pengunjung kelab, dan telah meminta siapa pun yang ada di sana akhir pekan lalu untuk melakukan isolasi mandiri selama 14 hari dan diuji.
Wabah itu muncul tepat ketika Korea Selatan telah melonggarkan beberapa pembatasan jarak sosial dan berusaha untuk membuka kembali sekolah dan bisnis sepenuhnya.
Presiden Moon Jae-in memperingatkan tentang kemungkinan gelombang kedua epidemi akhir tahun ini, mengatakan klaster terbaru ini telah menegaskan risiko bahwa virus yang menyebabkan penyakit COVID-19 dapat kembali menyebar luas kapan saja.
"Ini belum berakhir sampai selesai. Sambil tetap meningkatkan kewaspadaan sampai akhir, kita tidak boleh menurunkan kewaspadaan kita mengenai pencegahan epidemi," kata dia dalam pidato televisi yang menandai ulang tahun ketiga pelantikannya.
"Kami berada dalam perang yang berkepanjangan. Saya meminta semua orang untuk mematuhi tindakan pencegahan dan peraturan keselamatan sampai situasinya selesai, bahkan setelah melanjutkan kehidupan sehari-hari," imbuhnya.
Pengujian yang meluas, pelacakan kontak yang intensif, dan aplikasi pelacakan telah membantu ekonomi terbesar keempat di Asia untuk membendung laju penularan virus corona tanpa memberlakukan karantina wilayah berskala luas seperti yang diterapkan di negara lain.
Sebagai bagian dari pertempuran jangka panjang melawan COVID-19, KCDC akan diberikan kekuatan yang lebih besar dan berganti nama menjadi Administrasi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, kata Moon. Pemerintah daerah akan membuat sistem respons epidemi mereka sendiri dengan lebih banyak pakar.
"Kami juga akan mendorong pendirian rumah sakit khusus untuk mengobati penyakit menular dan pusat penelitian penyakit menular nasional," kata Moon.
"Tugas-tugas ini sangat mendesak jika kita mempersiapkan gelombang epidemi kedua yang diprediksi para ahli akan terjadi pada musim gugur atau musim dingin ini," pungkasnya. (reuters/antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adek