Kasus Dahlan, Pembunuhan Karakter Paling Menyedihkan

Sabtu, 25 Februari 2017 – 07:00 WIB
Para sahabat Dahlan Iskan saat menghadiri acara testimoni "Dari Sahabat untuk Dahlan" di Warung Daun Jakarta, Jumat (24/2/2017). FOTO: MIFTAHULHAYAT/JAWA POS

jpnn.com - jpnn.com - Sejumlah tokoh dan simpatisan Dahlan Iskan berkumpul untuk memberikan dukungan moril kepada mantan Menteri BUMN itu di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, tadi malam (24/2).

Mereka menggelar acara yang diberi nama Dari Sahabat untuk Dahlan.

BACA JUGA: Rhenald Kasali: Dahlan Rela Masuk Penjara Asalkan…

Beberapa tokoh hadir. Antara lain Jaya Suprana, Erman Rajagukguk, Adhie Massardi, Rhenald Kasali, Margarito Kamis, Lieus Sungkharisma, dan Budi S. Tanuwibowo.

Mereka membaur dengan para relawan dan simpatisan Dahlan. Mereka bergantian memberikan testimoni dan dukungan kepada Dahlan.

BACA JUGA: Adhie Massardi Yakin Dahlan Tak Bersalah

Tempat itu sempat tak muat menampung para simpatisan Dahlan yang datang dari berbagai daerah.

Dalam acara tersebut, para tokoh memberikan testimoni bergantian.

BACA JUGA: Sahabat Dahlan: Pak Jokowi, Jaksanya Diganti Saja

Masing-masing menyampaikan pandangan dari bidang yang digeluti.

Erman Rajagukguk misalnya. Salah satu guru besar hukum terbaik di Indonesia itu heran karena Dahlan banyak diincar dengan perkara yang seharusnya bukan ranah pidana korupsi.

”Ini soal perdata. Soal PT (perseroan terbatas, Red) bukan pidana. Pak Dahlan itu kan tidak menggelapkan, tidak menyuap. Kalau ada sengketa atau pelanggaran, harusnya ranahnya perdata,” tegasnya dengan bersemangat.

Pengusaha sekaligus budayawan Jaya Suprana juga memberikan pandangan soal kasus yang membelit Dahlan.

Dia melihat Dahlan Iskan sebagai korban pembunuhan karakter yang belakangan memang marak terjadi di negeri ini.

”Pak Dahlan ini korban pembunuhan karakter yang paling menyedihkan,” ujarnya.

Menurut dia, saat ini setiap orang bisa terancam oleh pembunuhan karakter melalui fitnah.

Bagi Jaya, Dahlan bukan sekadar sosok sahabat karib. Tapi juga gurunya.

Kekaguman itu membuat Jaya menganugerahi Dahlan sebagai sosok yang kali pertama masuk Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri).

Dahlan mendapat rekor sebagai insan pertama yang bisa mengembangkan surat kabar (Jawa Pos) dalam waktu singkat.

Akademisi dan praktisi bisnis Rhenald Kasali mengatakan, yang terjadi kepada Dahlan sebenarnya merupakan akibat peraturan-peraturan yang menjadi rintangan.

”Di negara ini, kesalahan prosedur dianggap korupsi. Padahal, prosedur itu sering kali menjadi rintangan benang kusut dan harus diurai. Sosok Pak Dahlan itu orang yang sangat tangkas mengurai rintangan,” ujarnya.

Rhenald menilai yang dilakukan Dahlan Iskan selama berada di eksekutif sebenarnya sangat prorakyat, prokonsumen, dan pronegara.

Itu sudah dicontohkan dengan berbagai kebijakannya di PLN maupun Kementerian BUMN.

”Bayangkan soal krisis listrik, beliau sampai bersedia dipenjara agar persoalan listrik di masyarakat bisa terselesaikan,” ujarnya.

Juga soal mobil listrik. Rhenald melihat apa yang digagas Dahlan soal mobil listrik sangat brilian. Sebab, saat ini mobil listrik sudah menjadi fenomena global.

Dahlan ingin Indonesia tidak sekadar menjadi follower, tapi justru pionir.

”Yang seperti itu butuh orang berani menerobos rintangan seperti Pak Dahlan,” kata pria kelahiran Jakarta tersebut.

Rhenald juga menilai sosok Dahlan punya jiwa persahabatan lintas bangsa yang luar biasa.

Sekretaris Persobarin Budi S. Tanuwibowo juga berkesempatan memberikan testimoni.

Dia sangat terkesan dengan kegigihan Dahlan memperjuangkan barongsai agar diakui sebagai salah satu cabang olahraga di Indonesia.

”Saya mengenal sosok Pak Dahlan sebagai orang yang cerdas, gesit, kreatif, terbuka, tulus, dan mempunyai kepedulian sosial yang sangat tinggi,” kenang Budi.

Dari pengalaman berorganisasi bersama Dahlan selama ini, Budi melihat mantan menteri BUMN itu cepat mengambil keputusan dan sigap bertindak.

”Rapat yang biasanya bertele-tele menjadi singkat dan produktif,” ujarnya.

Bahkan, kongres barongsai yang biasanya dipenuhi perdebatan berlangsung singkat. Sebab, Dahlan pandai mencari jalan tengah dan cepat menangkap inti permasalahan.

”Mungkin karena kecepatan inilah kadang ada keputusan atau tindakan yang kurang tepat. Namun, saya percaya apa yang dipikirkan dan dilakukannya bertujuan baik,” imbuh Budi. (tel/rul/c11)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jaya Suprana: Mas Dahlan Korban Pembunuhan Karakter


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler