jpnn.com, JAKARTA - Insiden kasus dengue secara global meningkat pesat dalam dua dekade terakhir.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat lonjakan kasus sepuluh kali lipat di tahun 2000 menjadi 5,2 juta pada 2019.
BACA JUGA: Peran Pemda & Masyarakat Penting untuk Mencapai Nol Kematian Akibat Dengue 2030
Sementara, hingga 30 April 2024, lebih dari 7,6 juta kasus dengue dilaporkan ke WHO, termasuk lebih dari 3.000 kematian.
Di Indonesia, peningkatan kasus dengue juga sangat signifikan, dengan lebih dari 88 ribu kasus dan 621 kematian tercatat sampai akhir April 2024, sekitar tiga kali lipat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
BACA JUGA: Pejabat Kemenkes Usul Program Introduksi Vaksin Dengue Dimulai Paling Lambat 2025
"Prevalensi dengue di Indonesia menunjukkan tantangan kesehatan yang serius, meski pemerintah telah menerapkan strategi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), angka kasus masih fluktuatif," kata Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (KemenkesKemenkes) RI, dr. Agus Handito, SKM, M.Epid, Sabtu (9/11).
Pemerintah juga mengembangkan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (STRANAS) 2021-2025, yang mencakup manajemen vektor yang efektif, peningkatan tatalaksana, surveilans, hingga inovasi seperti vaksinasi, dan penggunaan nyamuk ber-Wolbachia.
BACA JUGA: Penyebaran Virus Zika Bisa Dicegah dengan Program Dengue
Di sisi lain, masyarakat juga perlu menyadari upaya pencegahan tidak hanya tergantung pada pemerintah, tetapi juga partisipasi aktif dari masing-masing individu.
Kampanye #Ayo3MPlusVaksinDBD, menjadi salah satu langkah krusial untuk meningkatkan kesadaran masyarakat secara berkelanjutan.
"Kita perlu menggugah kesadaran bahwa meskipun kita melakukan pencegahan, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan," ujarnya.
Tim Kerja Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI, dr. Iriani Samad, M.Sc, turut menyampaikan, Indonesia menghadapi tantangan serius dalam penanggulangan dengue.
Dengan peningkatan kasus yang signifikan dan masih rendahnya kesadaran masyarakat akan beban yang ditimbulkan oleh penyakit ini, baik secara finansial maupun non-finansial.
Perlindungan terhadap infeksi dengue harus dilakukan secara komprehensif dan holistik, mencakup penerapan metode 3M Plus yang terbukti efektif, serta mengadopsi inovasi pencegahan lainnya.
"Pemerintah terus berupaya mengembangkan strategi yang efektif untuk menurunkan angka infeksi dengue melalui kampanye edukasi yang komprehensif, pemberantasan sarang nyamuk yang lebih intensif, serta penerapan inovasi pencegahan yang relevan," katanya.
Berdasar hal itu, dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2024, PT Takeda Innovative Medicines mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan ancaman dengue, yang sering dianggap sebagai penyakit musiman, dan biasa mencapai puncaknya pada saat musim hujan.
Tren terbaru menunjukkan dengue semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat sepanjang tahun.
"Sebuah studi menunjukkan bahwa meskipun dengue secara umum mengalami fluktuasi musiman, peningkatan suhu global memperpanjang masa penularan, sehingga wabah menjadi lebih sering dan meluas," kata Presiden Direktur PT Takeda Andreas Gutknecht dalam talk show "Lindungi Keluarga Anda dari Ancaman Dengue: #Ayo3MPlusVaksinDBD", bagian dari acara peringatan HKN 2024 besutan Kemenkes di Jakarta Convention Center, Sabtu (9/11).
Takeda turut berperan dalam Koalisi Bersama Lawan Dengue bersama Kemenkes dan berfokus pada perlindungan berkelanjutan melalui pencegahan seperti vaksinasi.
Sementara itu, Dokter Spesialis & Konsultan Tumbuh Kembang Anak sekaligus anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Dr. dr. Soedjatmiko, SpA(K), M.Si., menekankan pentingnya pencegahan bagi anak usia 5-14 tahun yang paling rentan.
“Dengan 3M Plus dan vaksinasi, masyarakat dapat melindungi diri dan keluarga dari ancaman dengue, yang kini meningkat sepanjang tahun akibat perubahan iklim," jelasnya.
Setiap individu harus berperan dalam menjaga kesehatan keluarganya dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi infeksi dengue, yang dapat muncul kapan saja sepanjang tahun.
Kader Jumantik dari Matraman, Jakarta Timur, Mariani membagikan pengalaman dalam menanggulangi dengue di daerahnya.
Menurutnya, serangkaian kegiatan PSN telah dilakukan secara berkelanjutan, tidak hanya lingkungan bersih, tetapi juga bebas dari jentik nyamuk.
"Yang tidak kalah penting adalah kami mengajak seluruh warga untuk bahu-membahu melakukan hal tersebut," ucapnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Basmi DBD di Indonesia, Pandawara Group Ajak Masyarakat Jadi Dengue Patrol
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad