jpnn.com, PALEMBANG - Kasus gagal ginjal atau hemodialisis pada anak saat ini mengalami peningkatan.
Adapun penyebabnya dipengaruhi oleh minuman, makanan, serta pola hidup yang makin tidak sehat.
BACA JUGA: Mata Siswi SMP di Palembang Buta Setelah Berobat di Bidan
Prof Dr dr Endang Susalit ahli penyakit ginjal dari RS Siloam Asri Jakarta menjelaskan penyakit gagal ginjal yang membutuhkan hemodialisis atau cuci darah memang belakangan ini marak terjadi, tidak hanya pada usia tua, tetapi juga pada usia muda, bahkan anak-anak.
"Gagal ginjal bisa mengenai semua umur. Namun, saat ini penyakit gagal ginjal mengalami peningkatan terutama pada anak-anak hingga harus cuci darah," ungkap Prof Dr dr Endang Susalit ahli penyakit ginjal dari RS Siloam Asri Jakarta saat ditemui di Palembang, Senin (12/8).
BACA JUGA: Salonpas Sport 10K Run Bakal Kembali Digelar, Buruan Daftar!
Kata Endang, untuk anak dan dewasa faktor penyakit gagal ginjal berbeda-beda.
"Untuk gagal ginjal pada anak bisa karena penyakit degeneratif atau penyakit penurunan fungsi organ dalam seperti ginjalnya kurang sempurna sejak lahir," kata Endang.
BACA JUGA: Terdakwa Gagal Ginjal Akut Divonis 2 Tahun Penjara
"Pengaruh makanan bisa mengganggu fungsi ginjal. Namun, jika makanan tersebut dikonsumsi secara jangka panjang atau terus menurus dan ada zat berbahaya yang terkandung dalam makanan tersebut," sambung Endang.
"Umumnya penyakit gagal ginjal pada anak karena faktor penyakit bawaan sejak lahir, " tambah Endang.
Adapun untuk orang dewasa lanjut Endang, salah satu penyebab gagal ginjal ialah mengonsumsi obat penghilang rasa sakit secara terus menerus.
"Mengonsumsi obat secara terus menerus itu bisa merusak fungsi ginjal," jelas Endang.
Endang menyebut seleksi untuk transplantasi ginjal sangat ketat, melibatkan tim advokasi dan serangkaian pemeriksaan untuk mencapai donor ginjal yang sesuai dan diterima dengan baik oleh tubuh penerima, umumnya berasal dari keluarga dan orang-orang terdekat terlebih dahulu.
"Bagi anak yang mengalami gagal ginjal dan harus cuci darah bisa melakukan transplantasi ginjal. Biasanya transparansi ginjal dicangkok dari ibunya. Di Indonesia transplantasi ginjal bisa dilakukan dari anak usia 5 atau 6 tahun," jelas Endang. (mcr35/jpnn)
Redaktur : Yessy Artada
Reporter : Cuci Hati