Kasus Kematian Dante Anak Tamara Tyasmara, Pakar Soroti Letak CCTV

Minggu, 11 Februari 2024 – 07:17 WIB
Kasus kematian Dante: Tamara Tyasmara bersama kuasa hukumnya Sandi Arifin saat ditemui di Polda Metro Jaya, Senin (5/2/2024). Foto: ANTARA/Ilham Kausar

jpnn.com - JAKARTA – Pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel urun pendapat terkait kasus kematian Raden Andante Khalif Pramudityo atau Dante (6), anak dari artis Tamara Tyasmara.

Dante meninggal dunia di kolam renang Palem, Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Sabtu (27/1).

BACA JUGA: 8 Fakta Kematian Dante Anak Tamara Tyasmara, Apa Motif Pembunuhan? Terakhir Mengerikan

Reza Indragiri menilai keberadaan televisi sirkuit tertutup atau CCTV tidak cukup untuk menangkal aksi kejahatan. Menurutnya, perlu adanya kelengkapan sistem keamanan.

"CCTV hanyalah salah satu subsistem keamanan. Di samping CCTV, perlu disiagakan tim reaksi cepat yang terus menerus memantau area yang dicakup oleh CCTV," kata Reza dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (10/2).

BACA JUGA: Kasus Kematian Dante, Baim Wong Berkomentar Begini

Reza mengatakan, peristiwa kematian Dante menunjukkan bahwa mengandalkan CCTV semata tidak cukup kuat untuk menangkap aksi kejahatan.

Pernyataan itu dibuktikan dengan tidak adanya respons kegentingan dari pihak kolam renang untuk menolong Dante. Padahal dari total rekaman 2 jam 1 menit, bermenit-menit Dante ditenggelamkan berulang kali.

BACA JUGA: Rekaman CCTV Diungkap, Kekasih Tamara Tyasmara Membenamkan Kepala Dante 12 Kali

Oleh karena itu, kata Reza, CCTV sebaiknya tidak diletakkan di tempat tersembunyi, jika keberadaannya ditujukan untuk mencegah kejahatan.

"CCTV harus diperlihatkan agar calon kriminal tahu bahwa ia diawasi, sehingga setidaknya urung beraksi di lokasi tersebut," ujarnya.

Menurut Reza, dengan kelengkapan sistem keamanan (CCTV dan tim reaksi cepat), baru bisa diharapkan bahwa gelagat situasi kritis akan dapat dicegat selekas mungkin begitu terpantau lewat CCTV.

Situasi kritis dimaksud bisa berupa kecelakaan (anak terpeleset lalu tenggelam di kolam renang) atau kejahatan lainnya, seperti kasus Dante.

Dalam kasus Dante, menurut Reza, nasib malang yang dialami anak usia enam tahun tersebut boleh jadi turut disebabkan oleh posisi CCTV yang tersembunyi dan tidak adanya subsistem yang siaga memonitor tangkapan visual CCTV.

Menurut Reza, kelemahan itulah yang mungkin berhasil dibaca oleh tersangka pelaku.

"Dia (pelaku) tidak melihat ada CCTV di lokasi ada CCTV di lokasi dan berasumsi tidak ada yang mengawasi tindak-tanduknya," ucap Reza.

Reza menyebut, jika tersangka menyimpulkan hal demikian setelah beberapa kali mempelajari lokasi, maka tewasnya Dante telah direncanakan oleh tersangka pelaku.

“Jika benar begitu, inilah petanda adanya perencanaan di balik dugaan pembunuhan terhadap Dante," imbuhnya

Pada sisi lain, kata Reza, CCTV juga punya kelemahan. Studi menyimpulkan, CCTV jitu untuk menangkal kejahatan properti, semisal, pencurian. Akan tetapi, CCTV kurang ampuh mencegah kejahatan kekerasan.

"Pasalnya, kejahatan kekerasan kerap bersifat impulsif dan terjadi seketika di lokasi tanpa pemikiran atau pun perencanaan sebelumnya," tutur Reza.

Polisi mengungkapkan tersangka YA membenamkan kepala Dante sebanyak 12 kali di kolam renang Palem, Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Sabtu (27/1).

Fakta tersebut terungkap dari hasil rekaman CCTV berdurasi sekitar 2 jam lebih 1 menit. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler