jpnn.com, JAKARTA - Kasus perusakan Pasraman Purwa Dharma 6, di Banyuwangi yang viral di medsos langsung ditangani Kementerian Agama.
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, telah menurunkan penyuluh agama untuk melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan pihak terkait menyelesaikan kasus itu.
BACA JUGA: Diprotes Umat Hindu, Motor Listrik Veda Tak Akan Masuk Indonesia
“Penyuluh agama kami sudah turun langsung ke lokasi dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait demi menjaga stabilitas agar tetap kondusif,” ujar Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur Budiono dalam pernyataan resminya, Rabu (5/2).
Budiono menjelaskan, Kemenag terus berkoordinasi dengan pihak yayasan maupun Musyarawah Pimpinan Kecamatan (Muspika) setempat.
BACA JUGA: India Larang Umat Hindu Berziarah ke Himalaya
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, Budiono mengatakan, tempat pendidikan nonformal bagi anak-anak umat Hindu ini tidak pernah ditolak warga.
“Mayoritas warga menerima kegiatan di sana dengan baik,” ujar Budiono.
Sebelumnya, viral di sosial media telah terjadi perusakan Pasraman Purwa Dharma 6 yang berada di Dusun Sambirejo, Desa Sambimulyo, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi oleh oknum yang tidak dikenal.
Oknum tersebut mengacak-acak buku, piagam penghargaan serta mencoret meja dan papan tulis. Disebutkan juga, kitab Bhagavad Gita tak luput dari perusakan yang terjadi.
“Berita yang beredar tidak sepenuhnya benar. Karena tidak ada perusakan terhadap kitab suci,” tutur Budiono.
Dia melanjutkan, menurut surat keterangan yang ditulis Ketua Pasraman Gatot Witoyo, tidak ada perusakan terhadap kitab suci, serta tidak ada kerugian apapun di Pasraman.
Mengutip pernyataan Gatot Witoyo, Budiono menuturkan, kemungkinan kitab-kitab yang rusak itu karena anak-anak yang mempelajarinya kurang berhati-hati saat menggunakannya.
“Mereka kurang berhati-hati dalam membawa dan membukanya, hingga lembar-lembarnya terlepas,” ujar Budiono.
Namun, perusakan buku tulis yang biasa digunakan siswa Pasraman belajar agama, betul terjadi. “Buku-buku dirusak dengan menggunakan cutter. Demikian juga pencoretan meja dan papan tulis,” jelasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad