Kata Atun, Polisi, Tentara, dan Pol PP Datang ke Pantai Setiap Malam

Minggu, 18 Juli 2021 – 15:51 WIB
Ilustrasi lapak pedagang di Pantai Ampenan. Foto: diambil dari Lombok Post.

jpnn.com, MATARAM - Alunan musik dangdut terdengar dari lapak pedagang yang berada di ujung selatan Pantai Boom, Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Pemilik lapak, Suriawatun lagi asyik mendengarnya mengikis rasa bosan menunggu pengunjung.

BACA JUGA: Bima Arya Minta Petugas Penyekatan PPKM Darurat Menggunakan Cara Humanis 

“Silakan duduk, mas,” kata dia ramah.

Cerita mengalir. Atun, sapaan karibnya, mengaku cukup kecewa dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat.

BACA JUGA: Langgar Prokes dan Berbuat Tak Senonoh, Puluhan Orang Diamankan Satpol PP

Gara-gara kebijakan itu, waktunya berjualan pada malam hari terbatas.

Sebelum pukul 21.00 WITA, dia dan suaminya harus beres-beres. Memasukkan kursi dan meja yang ada di depan lapaknya dan mematikan lampu.

BACA JUGA: Presiden Jokowi Singgung Kelakuan Oknum Satpol PP Gowa Memukul Wanita Hamil

“Setiap malam polisi, tentara, Pol PP datang ke pantai mengawasi pedagang. Jam sembilan malam kami harus tutup,” kata perempuan asal Kampung Melayu Bangsal, Ampenan itu, seperti dikutip Lombok POst.

Atun memilih jualan dari pagi karena tidak ada aktivitas di rumah. Dia dan suaminya banyak menghabiskan waktu di Pantai Boom Ampenan untuk berjualan.

“Daripada kami tidak ada kegiatan di rumah, lebih baik kami buka. Berdagang,” kata perempuan berjilbab ini.

Sejak diberlakukan PPKM Darurat, dia diminta tutup pukul 21.00 WITA.

Kebijakan itu ditentang hampir semua pedagang di pantai Ampenan. Karena dianggap merugikan. Terutama bagi pedagang yang mulai buka pukul 16.00 WITA.

“Dengan kebijakan ini kami hanya capek angkat kursi dan meja saja. Karena kalau buka lapak, kursi dan meja ini kami jejer di luar. Kalau tutup, masukkan lagi,” kata perempuan 63 tahun ini.

Para pedagang yang berjualan di Pantai Boom Ampenan tidak membuka lapak begitu saja. Namun, mereka harus mengangkat meja dan kursi yang disimpan di lapaknya. Karena kalau tidak para pengunjung tidak ada tempat duduk untuk menikmati makanan atau kuliner yang disajikan.

“Kalau sekarang kami capek keluar masukin kursi dan meja saja,” tuturnya.

PPKM Darurat yang diterapkan Pemkot Mataram membuat pengunjung sepi. Tidak hanya di Pantai Boom Ampenan, tetapi juga di pasar atau tempat lainnya.

Selama itu, Atun jarang ke pasar karena tidak ada pendapatan dari hasil jualan.

“Pasar sekarang juga sepi, kami juga jarang ke pasar karena hasil jualan tidak ada. Apa yang mau kami beli kalau tidak ada uang,” kata dia.

Atun mulai jualan di Pantai Boom sejak 2015 lalu. Dalam sehari dia bisa mendapat Rp 200 ribu.

Namun, kini sejak diberlakukannya PPKM Darurat, hanya dapat Rp 20 ribu per hari.

Meski begitu, dia tetap bersyukur. Karena kebutuhan sehari-hari hanya untuknya bersama suaminya.

“Kalau anak-anak sudah besar dan sudah bekerja semua,” ujar ibu enam anak ini.

Meski demikian dia prihatin dengan nasib pedagang lain yang harus membiayai anak sekolah dengan berjualan.

Bahkan ada juga pedagang yang harus tinggal di lapak demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kalau ada ganti rugi selama PPKM Darurat mungkin pedagang tidak akan keberatan diminta tutup jam sembilan malam. Paling tidak kasih beras selama PPKM Darurat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari," katanya. (alirojai/*/r3)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler