Katarak di Kaltim Masih Tinggi

Senin, 19 November 2012 – 10:30 WIB
BUTA akibat katarak di Kaltim angkanya masih tinggi. Disebutkan, sedikitnya 0,87 persen dari jumlah penduduk Benua Etam masih menderita pengaburan lensa mata ini. Kebutaan akibat katarak bukan sekadar menjadi masalah kesehatan masyarakat, tapi dikategorikan masalah sosial. Dokter spesialis mata, Manfred Himawan, mengatakan katarak memang penyakit yang umum untuk usia lanjut.

Dijelaskannya, mata normal punya lensa. Lensa ini dinutrisi cairan khusus yang diproduksi tubuh. Seiring bertambahnya usia produksi cairan yang menutrisi mata berkurang. “Jadi lensa pada mata jadi keruh dan menurunkan pandangan mata,” tutur dokter Rumah Sakit Islam Samarinda ini. Lensa yang keruh itulah yang diganti dengan lensa buatan untuk pasien penderita katarak.

Cara mencegah buta katarak dengan banyak mengonsumsi makanan bervitamin C, E, dan A. Juga menjaga pandangan langsung terpapar sinar ultraviolet. Jadi tidak salah jika sering menggunakan kaca mata hitam. “Tapi kacamata yang benar-benar melindungi dari sinar UV. Bukan sekedar gelap dan adem saja,” ujar Manfred.

Melalui operasi khusus, penderita katarak bisa melihat dengan normal. Cukup sekali penggantian lensa bisa digunakan selamanya, sehingga pasien tak operasi berulang kali. Meski begitu, biaya operasi buta katarak ini cukup merogoh kocek. Satu mata bisa dibanderol Rp 3,5 juta sampai Rp 9 juta untuk operasi.

Manfred menuturkan, angka buta katarak 0,87 persen dari BKMOM angka penderita baru. Artinya, angka tanpa mengikutkan sisa penderita buta katarak yang belum tertangani. “Satu dokter spesialis mata punya target mengoperasi sekian orang, tapi karena keterbatasan tenaga tidak semua tertangani,” ucapnya. Manfred mengatakan, dokter spesialis mata masih kurang.

Menurunkan buta katarak memang tidak mudah. Apalagi sulit mendata penderita katarak. Selain itu, kemungkinan besar pasti juga ada di daerah yang sulit dijangkau.

Seseorang, kata dia, harus punya kesadaran tinggi untuk kesehatan matanya. Tidak ada waktu khusus seharusnya buta katarak itu dioperasi. Kalau merasa tidak nyaman dengan penglihatan segera operasi. “Jangan menyerah pada nasib. Saya katarak, ya sudah deh, udah waktunya,” jelasnya Manfred.


Buta menurut WHO adalah buta 3/60. Artinya, orang normal bisa melihat sampai 60 meter suatu subjek, sementara penderita hanya tiga meter. Selanjutnya, ada yang disebut buta produktif dengan kategori 6/18. Selanjutnya, ada buta sosial yaitu 6/60. Inilah buta yang masuk kategori masalah sosial, karena ke tetangga saja harus diantar, sehingga minim bersosialisasi. “Semua kategori ini yang keluhannya tidak bisa dikoreksi dengan kacamata,” ucapnya. Sementara yang ditangani UPTD Balai Kesehatan Mata dan Olahraga Masyarakat (BKMOM) Kaltim secara gratis yang masuk kategori buta 3/60. Kurang dari itu tidak ditangani.

Angka 0,78 persen buta katarak memang menjadi masalah sosial seperti dipaparkan dokter Parmono, kepala UPTD BKMOM Kaltim. “Kalau kota atau kabupaten angka buta akibat kataraknya di atas 1,5 persen dikategorikan masalah sosial. Sebaliknya, di bawah 1,5 persen menjadi masalah kesehatan masyarakat,” ujarnya. Masalah sosial yang dimaksud dilihat dari produktivitas seseorang. Jika buta berarti memerlukan bantuan orang lain untuk beraktivitas. Ini berarti ada dua orang yang tidak produktif dengan maksimal, baik dalam bekerja maupun berkarya. Belum lagi masalah lain, pemanfaatan seseorang yang buta untuk meminta-minta.

Dari analisa kesehatan itu BKMOM menargetkan penanganan medis buta katarak minimal 1.500 orang per tahun. Kabar baiknya, kadang angka yang ditangani melebihi yang ditargetkan.
“Kami mengadakan operasi buta katarak gratis dengan pembiayaan ditanggung provinsi dan kota,” ujar Parmono.

Menangani masalah kesehatan mata ini BKMOM menargetkan 2015 buta katarak jumlahnya di bawah satu persen. Parmono optimistis, pada 2020 buta katarak angkanya di bawah setengah persen dari jumlah penduduk. Dengan begitu, buta katarak cukup ditangani di rumah sakit daerah. Sulitnya mendata buta katarak, Parmono berharap, masyarakat sadar diri untuk kesehatan mata. Termasuk terlibat dalam membawa keluarganya yang buta katarak saat ada operasi gratis.(her/far/k2)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 7 Bayi Positif Idap AIDS di Kalsel

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler