Keajaiban di Wonoagung saat Erupsi Semeru

Jumat, 24 Desember 2021 – 22:27 WIB
Muhammad Kholil (57) warga Dusun Wonoagung, Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang ketika ditemui di rumahnya. Foto: Ridho Abdullah/jpnn.com

jpnn.com - Awan panas guguran (APG) Gunung Semeru menimbun empat dusun di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Namun, ada salah satu dusun di lereng Semeru yang tak terkena APG meski lokasinya dekat dengan puncak gunung tertinggi di Jawa itu.

Laporan Ridho Abdullah, Lumajang

BACA JUGA: Bintang Sinetron TMTM Lakukan Ini di Pengungsian Korban Erupsi Semeru

ERUPSI Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021 menyisakan banyak cerita memilukan. Bencana itu mengakibatkan 48 korban jiwa, sedangkan lebih dari 6.500 orang terpaksa tinggal di pengungsian.

Ajaib. Dusun Wonoagung di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, yang tak jauh dari kawah Semeru justru aman-aman saja.

BACA JUGA: Harta Benda Pengungsi Erupsi Gunung Semeru Raib, Warga Sweeping Pendatang

Wonoagung bisa dibilang sebagai dusun terakhir sebelum puncak Semeru yang dikenal dengan Kawah Jonggring Saloko. Letaknya lebih tinggi ketimbang Dusun Dusun Curah Kobokan, Kajar Kuning, dan Kamar Kajang yang terkena terjangan APG Semeru.

Anehnya, warga Wonoagung nyaris tak mengetahui ketika erupsi terjadi. Salah satu warga setempat, Muhammad Kholil (57), mengaku tidak mengetahui adanya tragedi bencana yang menewaskan puluhan orang tersebut.

BACA JUGA: Baliho Puan Maharani Bertebaran di Lokasi Bencana Erupsi Semeru, Siapa yang Memasang?

"Sejak tahun 1987 sampai sekarang kami tidak pernah terdampak langsung dari letusan," ujar Kholil kepada JPNN.com belum lama ini.

Memang warga Wonoagung kerap mendengar aktivitas vulkanis Semeru. Vulkan yang juga dikenal dengan nama Mahameru itu sering terdengar bergemuruh.

Namun, saat APG terjadi pasca-erupsi, warga Wonoagung tak mengetahuinya. Andaikan lahar langsung menerjang Wonoagung, Kholil mengaku tak akan bisa berbuat banyak.

"Kalaupun lahar ke sini, kami lari sudah pasti tidak bisa, pasti terkena juga, jalan satu-satunya ya berserah diri ke Mahapencipta," ucap Kholil.

Saat APG menerjang dusun lain, Kholil hendak turun ke Kota Lumajang untuk menemui kerabat. Saat itu pun belum ada informasi soal APG.

Menurut Kholil, dirinya baru tahu ada APG karena diberitahu oleh warga Desa Penanggal yang lokasinya di bawah.

"Saya pas itu turun ke bawah ke Desa Penanggal, tetapi karena jemput cucu harus ke atas lagi. Di tengah jalan ketemu orang ramai, ternyata ada letusan," ucapnya.

Kholil maupun warga Wonoagung langsung kaget ketika APG menimbulkan banyak korban di dusun lain. Sebagai orang yang lama tinggal di lereng Semeru, dia merasa sangat heran karena tidak mengetahui kejadian tersebut.

Menurut Kholil, ada nilai-nilai yang sangat dipercaya warga Wonoagung, yakni tidak boleh curang dan tamak. Jika ada warga Wonoagung melanggar pantangan itu, celaka akan menerpa dusun.

"Kami sangat menghargai alam, bahkan ketika warga hendak potong kayu pun ada hari dan waktunya, tidak sembarangan," ucapnya. (jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler