Kearifan Lokal Harus Jadi Landasan Perfilman Indonesia di Era Digital

Selasa, 12 November 2024 – 10:48 WIB
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati Djojohadikusumo Focus Group Discussion (FGD) yang digelar DRTPM Kemdikbudristek bersama UBM di Jakarta. Foto: source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, menekankan pentingnya kearifan lokal dalam produksi film Indonesia.

Dia menyampaikan pandangannya dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemdikbudristek bersama Universitas Bunda Mulia (UBM).

BACA JUGA: Balinale 2024 Membuka Potensi Pasar Industri Perfilman Tanah Air

FGD bertema “Permodelan Proses Produksi, Distribusi, dan Konsumsi Sinema Indonesia Pasca Disrupsi Digitisasi Film dan Layanan VOD,” itu digelar di Jakarta pada Senin (11/11).

Dalam acara itu, Rahayu menyoroti pentingnya keunikan budaya lokal sebagai kekuatan utama sinema Indonesia. Menurutnya, kearifan lokal adalah roh yang membedakan film Indonesia dari asing.

BACA JUGA: Kemendikbudristek Sebut Posisi Perfilman Nasional Makin Kokoh

"Setiap daerah di Indonesia memiliki kekayaan budaya yang unik, dan ini seharusnya menjadi elemen utama dalam setiap produksi film kita,” ujar Rahayu Saraswati.

Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan minat masyarakat Indonesia terhadap film yang mengangkat nilai-nilai budaya lokal.

BACA JUGA: Hari Film Nasional 2024, Kemendikbudristek Perkuat Ekosistem Perfilman Indonesia

Penelitian yang dipimpin oleh Dosen Prodi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bunda Mulia Dr. Daniel Susilo ini melibatkan 1.000 responden dari kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bali.

Studi tersebut menunjukkan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat yang kini lebih memilih layanan video on demand (VOD) dibandingkan bioskop.

“Pascadisrupsi digital, film tidak hanya untuk bioskop tetapi juga untuk platform digital. Ini adalah tantangan sekaligus peluang bagi industri film kita,” lanjut Rahayu.

Lebih lanjut, Rahayu menekankan bahwa perfilman Indonesia adalah bagian penting dari sektor ekonomi kreatif.

"Film adalah aset ekonomi kreatif yang berpotensi besar menyumbang pada perekonomian nasional. Mengangkat budaya lokal dalam film dapat memperkuat identitas bangsa,” jelasnya. 

Sementara itu, Dr. Daniel Susilo berharap hasil penelitian ini bisa menjadi panduan strategis bagi industri perfilman di tengah persaingan global.

Dengan memanfaatkan data preferensi masyarakat terhadap konten budaya lokal, Dr. Daniel menekankan pentingnya adaptasi teknologi dalam setiap proses produksi dan distribusi film.

“Masyarakat kita sangat tertarik pada film yang mencerminkan budaya dan kearifan lokal. Ini peluang besar bagi sineas untuk menciptakan karya yang bukan hanya menghibur, tetapi juga memperkuat identitas bangsa,” tutur Dr. Daniel. (jlo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Berita Artis Terheboh: Firasat Wirang Birawa, Ammar Zoni Pasrah


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler