PEKANBARU - Dampak kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau terhadap kesehatan warga makin mengkhawatirkan. Tercatat 19.862 kasus warga menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) setelah dua pekan lebih Riau diselimuti kabut asap.
Jumlah itu diperkirakan masih terus bertambah, mengingat belum seluruh kabupaten/kota melaporkan data penderita penyakit ini.
Informasi tersebut disampaikan Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Riau Zul Effendi. Ia menilai, lonjakan angka penderita ISPA karena kabut asap masih menyelimuti kabupaten/kota se-Riau.
‘’Angkanya belum final, tetapi beberapa hari yang lalu sudah mencapai 19 ribu warga. Angka ini diprediksi meningkat, bisa saja sampai 20 ribu,’’ kata Zul seperti yang dilansir Riau Pos (JPNN Group), Jumat (28/6).
Data 19.862 kasus itu merupakan hasil up date, Rabu (26/6). Penyakit yang menyerang alat pernafasan itu tidak hanya terjadi untuk kalangan dewasa. Dari 19.862 orang yang terserang ISPA, sebanyak 8.123 merupakan anak-anak yang berumur kurang dari empat tahun. Selebihnya, atau sekitar 11.739, merupakan penderita ISPA kalangan warga berumur lima tahun ke atas hingga dewasa.
Penderita terbanyak berada di Rohil yakni mencapai 2.290 orang, Bengkalis sekitar 1.670 orang, Rohul 1.232 orang, Dumai 1.167 orang, Pelalawan 1.136 orang dan Kepulauan Meranti 628 orang. ‘’Masih ada daerah yang belum melaporkan. Ini yang masih kita tunggu,’’ tambah Zul yang juga Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P4L) Dinas Kesehatan Provinsi Riau itu.
Tidak hanya itu, Zul menambahkan, selain ISPA, penyakit yang dapat ditimbulkan dari peningkatan intensitas asap tersebut adalah pneumonia (radang paru-paru) dan penyakit lainnya. Dari data yang dihimpun, diketahui pneumonia menyerang 381 orang, batuk pilek 582 orang, asma 379 orang, iritasi mata 204 orang dan iritasi kulit 111 orang. ‘’Mudah-mudahan angka tersebut dapat mengalami penurunan seiring langkah penanganan yang dilakukan. Kita akan terus melakukan pemantauan,’’ sambungnya.
Disinggung mengenai langkah penanganan, ia mengatakan harus proaktif dalam melakukan pencegahan awal. Sehingga penderita ISPA dapat segera tertolong. ‘’Rumah sakit dan layanan kesehatan harus proaktif. Bagaimanapun, penanganan medis harus dilakukan secara cepat dan tepat,’’ ujar Zul.
Kabut asap yang melanda Riau masih terpapar di kabupaten/kota Riau. Namun untuk titik api, dilaporkan mengalami penurunan drastis. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, hingga Kamis (27/6) pukul 18.00 WIB, jumlah hot spot yang terpantau satelit NOAA 18 masih tersisa sekitar 19 titik. Titik api itu tersebar di Kabupaten Pelalawan 6 titik, Bengkalis 2 titik, Inhil 2 titik, Kampar 2 titik, Rohil 2 titik, Siak 2 titik, Dumai 1 titik, Kepulauan Meranti 1 titik, dan Rohul 1 titik.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, jumlah titik panas ini memang naik dibanding Rabu (26/6), yang hanya 6 titik. Jumlah ini sudah jauh menurun dibanding data 23 Juni lalu yakni 154 titik, 24 Juni ada 265 titik dan 25 juni ada 54 titik. ‘’Bahkan pantauan dari satelit Terra/Aqua MODIS dari NASA titik api di Riau sudah tidak ada. Satelit NOAA memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dalam mendeteksi titik panas karena memiliki resolusi 1 Km x 1 Km sedangkan satelit Terra/Aqua MODIS resolusinya 4 Km x 4 Km,’’ kata Sutopo dikonfirmasi di Jakarta malam tadi. (mar/ri)
Jumlah itu diperkirakan masih terus bertambah, mengingat belum seluruh kabupaten/kota melaporkan data penderita penyakit ini.
Informasi tersebut disampaikan Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Riau Zul Effendi. Ia menilai, lonjakan angka penderita ISPA karena kabut asap masih menyelimuti kabupaten/kota se-Riau.
‘’Angkanya belum final, tetapi beberapa hari yang lalu sudah mencapai 19 ribu warga. Angka ini diprediksi meningkat, bisa saja sampai 20 ribu,’’ kata Zul seperti yang dilansir Riau Pos (JPNN Group), Jumat (28/6).
Data 19.862 kasus itu merupakan hasil up date, Rabu (26/6). Penyakit yang menyerang alat pernafasan itu tidak hanya terjadi untuk kalangan dewasa. Dari 19.862 orang yang terserang ISPA, sebanyak 8.123 merupakan anak-anak yang berumur kurang dari empat tahun. Selebihnya, atau sekitar 11.739, merupakan penderita ISPA kalangan warga berumur lima tahun ke atas hingga dewasa.
Penderita terbanyak berada di Rohil yakni mencapai 2.290 orang, Bengkalis sekitar 1.670 orang, Rohul 1.232 orang, Dumai 1.167 orang, Pelalawan 1.136 orang dan Kepulauan Meranti 628 orang. ‘’Masih ada daerah yang belum melaporkan. Ini yang masih kita tunggu,’’ tambah Zul yang juga Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P4L) Dinas Kesehatan Provinsi Riau itu.
Tidak hanya itu, Zul menambahkan, selain ISPA, penyakit yang dapat ditimbulkan dari peningkatan intensitas asap tersebut adalah pneumonia (radang paru-paru) dan penyakit lainnya. Dari data yang dihimpun, diketahui pneumonia menyerang 381 orang, batuk pilek 582 orang, asma 379 orang, iritasi mata 204 orang dan iritasi kulit 111 orang. ‘’Mudah-mudahan angka tersebut dapat mengalami penurunan seiring langkah penanganan yang dilakukan. Kita akan terus melakukan pemantauan,’’ sambungnya.
Disinggung mengenai langkah penanganan, ia mengatakan harus proaktif dalam melakukan pencegahan awal. Sehingga penderita ISPA dapat segera tertolong. ‘’Rumah sakit dan layanan kesehatan harus proaktif. Bagaimanapun, penanganan medis harus dilakukan secara cepat dan tepat,’’ ujar Zul.
Kabut asap yang melanda Riau masih terpapar di kabupaten/kota Riau. Namun untuk titik api, dilaporkan mengalami penurunan drastis. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, hingga Kamis (27/6) pukul 18.00 WIB, jumlah hot spot yang terpantau satelit NOAA 18 masih tersisa sekitar 19 titik. Titik api itu tersebar di Kabupaten Pelalawan 6 titik, Bengkalis 2 titik, Inhil 2 titik, Kampar 2 titik, Rohil 2 titik, Siak 2 titik, Dumai 1 titik, Kepulauan Meranti 1 titik, dan Rohul 1 titik.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, jumlah titik panas ini memang naik dibanding Rabu (26/6), yang hanya 6 titik. Jumlah ini sudah jauh menurun dibanding data 23 Juni lalu yakni 154 titik, 24 Juni ada 265 titik dan 25 juni ada 54 titik. ‘’Bahkan pantauan dari satelit Terra/Aqua MODIS dari NASA titik api di Riau sudah tidak ada. Satelit NOAA memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dalam mendeteksi titik panas karena memiliki resolusi 1 Km x 1 Km sedangkan satelit Terra/Aqua MODIS resolusinya 4 Km x 4 Km,’’ kata Sutopo dikonfirmasi di Jakarta malam tadi. (mar/ri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Ingatkan Daerah Induk Segera Lunasi Utang Hibah
Redaktur : Tim Redaksi