Kebangkitan Nasional, Bung Karno, dan Menjadi Bangsa Pembaca

Sabtu, 21 Mei 2016 – 22:17 WIB
Suasana saat acara renungan Kebangkitan Nasional dengan menggelar tadarus buku bertema “Menjadi Bangsa Pembaca” bersama Perpustakaan MPR RI di Jalan Diponegoro 20, Bandung. FOTO: Humas MPR for JPNN.com

jpnn.com - BANDUNG – Bung Karno adalah salah satu sosok 'well informed', yang berarti seseorang yang menguasai informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh pekerjaan dan perjuangannya demi terwujudnya sebuah negara bangsa.

Hal ini terjadi karena Bung Karno tergolong orang yang 'well read', membaca segala hal dengan tertib, runut dan berakar pada khazanah budaya bangsanya. Terlebih dalam merumuskan landasan idiil dan pandangan hidup sebuah bangsa, bung karno dengan seksama telah mengenal dengan baik yang menjadi ciri khas jiwa bangsanya.

BACA JUGA: Pak Jokowi, Tolong Baca Surat dari Honorer K2 Garut

Hal tersebut dikemukakan oleh Sekretaris Jenderal Asia Africa Reading Club, Adew Habsta, Kamis (19/5) malam, saat acara renungan Kebangkitan Nasional dengan menggelar tadarus buku bertema “Menjadi Bangsa Pembaca” bersama Perpustakaan MPR RI dalam bicara buku pustaka. Acara ini berlangsung di Jalan Diponegoro 20, Bandung.

Dari pengamatan yang mendalam terhadap segala kenyataan saman saat itu, melalui pembacaan dan pengembaraan yang intens atas teks yang berkutat pada roh kebangsaan, maka dengan sendirinya telah menghimpun pelbagai gagasan pemikiran ihwal yang menjadi landasan kekuatan dalam gerak hidup berbangsa dan bermasyarakat.

BACA JUGA: MenPAN-RB Desak Gubernur Kaltara Terbitkan...

“Dan kehadiran Pancasila kiranya menjadi panduan dalam berpola yang lebih terarah. Ya.. Bung Karno telah menjadi juru bicara paling jitu untuk kebersatuan negeri yang luas ini,” kata Adew Habsta.

Acara ini diikuti para anggota komunitas buku dari Asia Africa Reading Club, Lingkar Pena Bandung dan Komunitas buku Bandung lautan Api serta para pustakawan. Buku bertema ‘Menjadi Bangsa Pembaca’ yang ditulis Adew Habsta mempunyai relevansi dengan kebangkitan bangsa dan momentum Pidato Bung Karno 1 Juni 1945.

BACA JUGA: Tumben, Fadli Zon Bela Pemerintah

Menurut Adew Habsta, menjadi bangsa pembaca dengan kebangkitan nasional  mempunyai kaitan yang tentu saja sangat  lekat.

“Mana mungkin seseorang akan bangkit, tanpa ada upaya pembacaan atas diri dan lingkungan sekitarnya. Membaca menjadi salah satu cara yang ampuh untuk memetakan diri, menempatkan minat, memunculkan potensi, lebih jauh menumbuhkan motivasi demi prestasi terbaik. Tanpa membaca, mustahil semua orang akan mengenal dirinya, pun identitas kebangsaannya,” tegas Adew Habsta yang dikenal sebagai penggiat literasi dan kepustakaan di kalangan remaja, pemuda dan dewasa.

“Tentu saja menjadi bangsa pembaca yang mencerap ilmu pengetahuan baik yang tersirat maupun yang tersurat adalah sebuah keniscayaan. Tak ada pilihan lain, jika memang hendak bangkit bersama menuju peradaban yang lebih mulia, maka membaca kiranya menjelma sebentuk ikhtiar yang berkomitmen dan konsisten dalam menjaga diri dan keutuhan tatanan bangsa,” katanya lagi.

​Tadarus buku, menurut Lelyana Mei dari Cemara Educraft, adalah kegiatan membahas sebuah buku yang telah dipilih temanya dengan cara membaca dari halaman pertama buku tersebut. Semua yang hadir kebagian giliran membaca isi buku tersebut.

Pembacaan dilakukan secara lantang dan dapat didengar oleh seluruh yang hadir. Setelah dibaca hingga bab per bab buku dibahas.(adv/fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wow...Lawan Tanding dari Seantero Dunia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler