Keberadaan Medsos, Senjata Baru Dalam Penanggulangan Ancaman Perpecahan

Kamis, 26 November 2015 – 03:45 WIB
Budiarto Shambazy. FOTO: Pojok Satu/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Wartawan senior Budiarto Shambazy mengatakan keberadaan media sosial (medsos), bisa menjadi senjata baru dalam penanggulangan terhadap ancaman perpecahan yang bisa saja terjadi di kemudian hari. Bahkan, menurut Budiarto, publik kini tidak lagi menyimak laporan intel, tetapi lebih ke medsos meski kadang kurang akurat.

Hal tersebut dikatakan Budiarto Shambazy saat berbicara dalam diskusi publik "Peran Media Alternatif dalam Mencegah Propaganda Separatisme" yang digelar Sosial Media for Civic Education (SMCE) di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Rabu (15/11).

BACA JUGA: Mantan Menkeu: Perpanjangan Kontrak Pelindo-HPH Batal Demi Hukum

Menurutnya, sebagai makhluk modern, manusia tidak lagi dapat lepas dari peran medsos dalam kehidupannya sehari-hari. Ada pun peran medsos yang dirasa memberikan impact yang luas terhadap masyarakat adalah bagaimana media publik ini kemudian menjelma menjadi penyebar berita yang instan.

“Keberadaan medsos kini bisa menjadi senjata baru dalam penanggulangan terhadap ancaman perpecahan yang bisa saja terjadi di kemudian hari," ujarnya

BACA JUGA: Desmond Sebut PDIP-PAN yang Minta Tunda Pleno Capim KPK

Keuntungan dari hadirnya medsos di tengah masyarakat, menurut Budiarto semua informasi, khususnya yang bersifat keamanan nasional dapat diinformasikan dan disosialisasikan dengan seksama.

“Jadi media alternatif mampu menangkal upaya-upaya propaganda dari pihak-pihak yang menginginkan adanya perpecahan," imbuhnya.

BACA JUGA: Heli EC725: Antipeluru, Tak Gampang Panas, Sulit Dideteksi Musuh

Di sisi lain, Budiarto menyayangkan penggunaan medsos di Indonesia saat ini belum sepenuhnya untuk kepentingan di bidang ekonomi bisnis seperti apa yang dilakukan negara barat.

“Sayangnya Indonesia tidak menggunakan medsos untuk kemajuan di bidang ekonomi, seperti di Amerika untuk kemajuan UKM, memotong jalur pemasaran, tidak lagi ada perantara bagi nelayan, sehingga keuntungan maksimal. Hanya di Indonesia saja kita gunakan medsos tanpa tujuan ekonomi yang jelas dari fenomena itu," jelasnya.

Dalam acara yang sama, mantan Ketua Umum PWI Pusat Tarman Azzam mengatakan, selama masih ada nasonalisme dihati penduduk negeri ini, ancaman terhadap perpecahan tidak akan terjadi.

“Ancaman yang disebut Budiarto tadi kita harus anggap itu sebagai tantangan dan kita akan bisa berusaha berpikir bagaimana menyelesaikan tantangan tersebut," ucapnya.

Karenanya, lanjut Tarman, perlu adanya sebuah organisasi yang menaungi media alternatif dalam mengelola bagaimana seharusnya informasi itu disajikan dalam bentuk yang proposional.

“Sayangnya belum ada organisasi yang mempersatukan media alternatif, membangun organisasi dan aturan. Media alternatif harusnya dijadikan peluang ketimbang menghasilkan hal yang negatif,” katanya.(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dicecar Habis-habisan, JICT Tak Berkutik di Depan Pansus Pelindo II


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler