Kebijakan Hilirisasi Nikel Presiden Jokowi dapat Dukungan Penuh dari CNI Group

Jumat, 10 Maret 2023 – 22:16 WIB
Presiden Direktur PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Group, Derian Sakmiwata saat menjadi pembicara di acara Mining and Finance Forum, Rabu (8/3). Foto: source for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Group mendukung penuh kebijakan hilirisasi mineral yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi).

CNI Group sendiri mendapat status sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Obyek Vital Nasional dari pemerintah, saat ini sedang membangun pabrik pemurnian (smelter) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan nilai investasi sebesar US$2,312 juta.

BACA JUGA: Indonesia Raja Nikel, Ceria Percaya Diri Garap Baterai Kendaraan Listrik

Hal itu disampaikan Presiden Direktur PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Group, Derian Sakmiwata saat menjadi pembicara di acara Mining and Finance Forum, Rabu (8/3).

Dia menyebutkan pihaknya bertekad untuk memiliki peran dalam upaya Indonesia untuk menjadi pusat produksi kendaraan listrik dan baterai global.

BACA JUGA: Menaker Beber Manfaat Industri Smelter Nikel, Salah Satunya Menyerap Banyak Tenaga Kerja

"Karena itu, target pasar untuk produk turunan nikel dan cobalt yang dihasilkan dari smelter kami nantinya akan menyasar Eropa, Jepang, Korea Selatan (Korsel) dan India,” kata Derian Sakmiwata dalam siaran pers yang diterima Jumat (10/3).

Derian Sakmiwata juga menjelaskan strategi CNI Group dalam rangka menjadi pemain utama hilirisasi nikel di Indonesia. 

Menurutnya, permintaan pasokan nikel yang tinggi dari industri kendaraan listrik dunia sebagai bahan utama baterai listrik membuat kebijakan hilirisasi nikel menjadi pilihan yang tepat. 

Dia menjelaskan smelter CNI Group yang sedang dibangun akan menggunakan 2 teknologi utama, yaitu teknologi Rectangular Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan kapasitas 4×72 MVA.

“Smelter RKEF untuk lajur pertama kami targetkan selesai 2024, sedangkan HPAL kami targetkan selesai dan mulai produksi pada 2026,” jelas Derian.

Derian merincikan, total kapasitas produksi dari smelter nikel RKEF ini nantinya dapat menghasilkan sekitar 252.000 ton Ferronickel (FeNi) dengan kandungan 22 persen nickel atau sejuta 55.600 ton nickel di dalamnya.

“Produk FeNi ini dapat diolah lebih Ianjut untuk memproduksi Stainless Steel dan produk turunannya (consuming needs)," jelasnya.

Tak hanya itu, dia juga mengeklaim seluruh aktivitas industri CNI Group menerapkan prinsip dan kaidah Environment, Social and Governance (ESG). 

“Kami berkomitmen penuh pada praktik berkelanjutan dan inovasi teknologi yang ramah lingkungan, mendukung Net Zero Emission pada 2060 dan ikut ambil bagian dalam upaya mempercepat transisi energi hijau dan menghasilkan Green Product," paparnya.

Menurut Derian, sebagai perusahaan murni swasta nasional, upaya CNI Group dalam mewujudkan hilirasi nikel melalui pembangunan smelter sangat tidak mudah, karena membutuhkan pendanaan yang tidak kecil. 

Namun, dengan dukungan pemerintah dan perbankan nasional termasuk BUMN, proyek smelter CNI Group akhirnya terwujud.

“Kami mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah dan sindikasi bank nasional seperti Bank Mandiri, Bank BJB, dan Bank Sulselbar dalam memberikan pembiayaan untuk pembangunan smelter line 1 RKEF CNI Group. Selain itu, peran PLN juga sangat penting dalam menjamin pasokan listrik bagi smelter kami baik untuk saat ini maupun dimasa yang akan datang," pungkas Derian.(mcr8/jpnn)


Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler