jpnn.com, JAKARTA - Kehadiran Insurance Technology (InsurTech) makin memudahkan para nasabah dari segi pelayanan.
Oleh karena itu, mau tidak mau perusahaan asuransi harus cepat beradaptasi dengan melakukan transformasi digital dan melakukan kolaborasi dengan pelaku usaha digital.
BACA JUGA: Sindir Ayah Taqy Malik, Sunan Kalijaga: Buset Aku Tertipu Lagi
Pesatnya perkembangan asuransi digital memang menjadi warna tersendiri di industri asuransi setelah industri ini tertidur cukup lama yang menyebabkan asuransi sepi dari inovasi produk.
Karenanya, digitalisasi di asuransi ini, perlu mendapatkan dukungan dan perhatian yang serius dari regulator.
BACA JUGA: Jelang Forum KTT G20, Menko Airlangga Gencar Lakukan Hal ini
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) penetrasi industri asuransi nasional terus meningkat selama pandemi. Hingga Juli 2021, tingkat penetrasi asuransi mencapai 3,11%.
Peningkatan ini ditandai dengan pertumbuhan premi yang dilaporkan oleh industri asuransi nasional. Kondisi ini tentu menjadi peluang bagi asuransi untuk bertransformasi ke arah digital.
BACA JUGA: Game Karya Anak Bangsa Pertama di Indonesia Berbasis Blockchain Segera Hadir
OJK juga mencatat total premi asuransi umum dan jiwa yang didistribusikan melalui digital (insurtech) sudah mencapai Rp6,0 triliun per Juli 2021.
Deputi Direktur Pengawasan Asuransi 2 OJK Kristianto Andi Handoko melihat kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan kesehatan semakin meningkat selama pandemi.
"Saya rasa ini (insurtech) akan meningkat signifikan dalam beberapa tahun ke depan dan tentunya teman-teman di industri harus semakin memperbaiki terutama dari sisi teknologi informasi," ujar Andi dalam diskusi Prioritas Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi, Asuransi Gencarkan InsurTech, Rabu, (15/9).
Sementara, Direktur Allianz Life Indonesia Bianto Surodjo menyarankan, jika ingin melakukan penjualan melalui platform digital, maka perusahaan asuransi harus terlebih dahulu memulai dengan produk yang relatif lebih sederhana.
"Kalau bicara tentang produk retail memang sedikit berbeda dari general insurance. Di Allianz, kami memanfaatkan platform digital yang populer di pasaran, baik platform Allianz sendiri, maupun platform asuransi seperti PasarPolis, platform e-commerce seperti bukalapak, dan platform ride-hailing seperti Gojek," seru Bianto.
Selain melakukan kolaborasi dengan pelaku usaha digital, selama ini Allianz juga menjangkau nasabah dengan produk-produk inovatif.
"Bukan hanya channelnya, produk juga penting. Misalnya untuk driver GoJek kami luncurkan asuransi kesehatan dengan premi Rp2.300 per hari. Ini sangat sesuai dengan income para driver tersebut. Melalui kerja sama tersebut, akses terhadap customer akan lebih luas dengan waktu yang lebih singkat," kata Bianto.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy