Kecelakaan di Jalur Mematikan KM 58, Pakar Ungkap Pemicu Mobil Terbakar

Selasa, 09 April 2024 – 08:37 WIB
Bangkai mobil seusai terbakar dalam kecelakaan di Tol Jakarta-CIkampek Km 58, Karawang Timur, Jawa Barat, Senin (8/4/2024). Foto: ANTARA /Awaludin/Ak/nz/pri

jpnn.com - JAKARTA – Kecelakaan maut di jalur contraflow di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (8/4) pagi melibatkan tiga kendaraan, yakni Bus Primajasa nopol B-7655-TGD, Gran Max nopol B-1635-BKT, dan Daihatsu Terios.

Akibat kecelakaan maut itu,12 orang meninggal dunia yang terdiri atas tujuh laki-laki dan lima perempuan.

BACA JUGA: Korban Kecelakaan di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek, Ada dari Ciamis, Bogor

Korban meninggal dunia yang berjumlah 12 orang itu kini berada di ruang Pemulasaran Jenazah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang.

Ke-12 korban merupakan penumpang mobil Gran Max yang kondisinya hangus terbakar akibat kecelakaan itu.

BACA JUGA: Detik-detik Kecelakaan di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek Hari Ini, Mengerikan

Sedangkan dari mobil Terios yang kondisinya juga terbakar tidak ada korban.

Adapun dari bus Primajasa terdapat dua orang mengalami luka-luka.

BACA JUGA: Rivan Purwantono: Korban Laka Tol Japek KM 58 Seluruhnya Terjamin Jasa Raharja

Training Director sekaligus Pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengungkap beberapa penyebab yang dapat membuat mobil terbakar seusai mengalami kecelakaan atau tabrakan.

Saat dihubungi, Senin, Jusri mengatakan kebakaran mobil terjadi karena adanya tiga sumber pemicu api atau yang disebut triangle of fire (segitiga api), yakni udara, bahan mudah terbakar, dan panas.

“Kenapa bisa terbakar? Itu sangat memungkinkan, karena di situasi luar ruangan itu ada triangle of fire, yaitu oksigen sebagai udara, kemudian bahan mulai dari plastik, karpet, kulit, karet, bensin, dan yang ketiga adalah panas. Itu diakibatkan benturan yang keras, akan menimbulkan api,” terangnya.

Dia mengatakan, tabrakan yang keras sangat memungkinkan membuat saluran bensin kendaraan pecah sehingga bahan bakar minyak tersebut menyebar dan menyebabkan kebakaran hebat.

Contraflow Jalur Mematikan

Lebih lanjut, Jusri menyebut kasus kecelakaan di KM 58 Tol Jakarta-Cikampek merupakan pembelajaran bagi pengendara untuk tidak memilih lajur contraflow ketika mereka masih memiliki opsi lajur yang lain.

Meski dapat mengurai kemacetan, kata dia, contraflow sesungguhnya memiliki risiko kecelakaan yang lebih besar dari jalur normal.

Cara kerja contraflow yang menggunakan jalur lalu lintas pada arah yang berlawanan, dan hanya disertai pembatas yang tidak permanen, misalnya dengan traffic cone (kerucut lalu lintas), tentu sangat berisiko tabrakan dari arah berlawanan.

“Ini seakan jalur yang mematikan, di sisi kiri ada tembok, sementara sisi kanannya ada kendaraan lain dari arus berlawanan. Sering ditemui ketika lengah sedikit saja, sangat mungkin untuk keluar jalur masuk ke lajur lawan, hingga terjadi tabrakan beruntun karena distrasi motorik,” ujar Jusri.

Tidak hanya pengemudi, Jusri mengatakan penumpang juga harus mempersiapkan diri sebaik mungkin saat hendak melalui contraflow, misalnya tidak sedang menahan buang air, hingga tidak mengganggu konsentrasi pemegang kemudi, mengingat tidak ada lokasi pemberhentian atau peristirahatan pada lajur darurat tersebut.

Adapun kecelakaan lalu lintas di jalur contraflow Km 58 Tol Jakarta-Cikampek melibatkan tiga kendaraan, yakni Bus Primajasa B-7655-TGD, serta Grand Max B-1635-BKT, dan Daihatsu Terios yang hangus terbakar. (sam/antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler