Kecelakaan Undershoot, Dugaan Human Error Menguat

Minggu, 14 April 2013 – 06:34 WIB
JAKARTA – Secara resmi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air di Bandara Ngurah Rai, Bali masih belum di lansir. Tetapi sejumlah praktisi mulai menduga-duga penyebab jatuhnya pesawat berlogo kepala singa bersayap itu.

Diantara analisis dugaan kecelakaan dikeluarkan oleh ahli biomedik penerbangan DR dr Wawan Mulyawan SpBS FS.

Wawan menguraikan analisis jatuhnya pesawat yang memiliki durasi terbang delapan bulan itu. Dia menduga kuat jika pesawat berpenumpang seratus orang lebih ini telah mengalami undershoot atau jatuh karena terlalu cepat mendarat.

Dia menganalisa jika faktor kerusakan mesin sangat kecil kemungkinan menjadi penyebab kecelakaan ini. ’’Sebab sesuai dengan pernyataan pihak Lion Air, pesawat ini baru dan sudah dinyatakan layak terbang. Pesawat ini tidak bermasalah dan masih gres,’’ katanya.

Dengan analisis tersebut, penyebab kecelakaan tinggal ada dua faktor yakni human error dan cuaca (weather). ’’Namun untuk faktor weather, dengan alat navigasi canggih yang dimilikinya, seharusnya sangat kecil akan menimbulkan kecelakaan. Karena sudah diantisipasi dengan baik,’’ jelas dia.

Wawan lantas mengatakan dugaan penyebab kecelakaan ini mengarah pada human error.

’’Faktor ini memang menjadi penyebab terbesar yang paling sering menyebabkan kecelakaan,’’ ujarnya. Dia menguraikan jika ada kemungkinan pilot mengalami kelelahan (fatigue).

Dia menyimpulkan faktor kelelahan itu karena dilihat dari model kecelakaan yang tergolong undershoot. ’’Kecelakaan jenis undershoot jika merupakan kesalahan manusia (human error, red) adalah kesalahan elementer yang seharusnya tidak boleh terjadi,’’ papar Wawan.

Dia menerangkan jika sangat mungkin pilot tidak konsentrasi dalam mendaratkan pesawat. Sehingga ketika diperburuk dengan cuaca yang mulai gelap, terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan pendaratan.

’’Keputusan yang salah saat menduga roda pesawat sudah akan menyentuh landasan, padahal masih di atas laut,’’ kata dia.

Alasan penyebab kelelahan muncul dari sistem manajemen atau rotasi pilot dan co-pilot. Wawan mengatakan perusahaan penerbangan yang tumbuh cepat seperti Lion Air sangat mungkin sulit memenuhi standar 1:4. Yakni setiap 1 unit pesawat harus menyediakan 4 crew setting. Artinya setiap pesawat harus menyediakan 4 pilot dan 4 co-pilot yang dirotasi untuk menerbangkan satu pesawat.

Sehingga jika Lion Air mempunyai sekitar 178 unit pesawat baru Boeing 737 yang telah dipromosikan di mana-mana, Wawan mengatakan harusnya maskapai memiliki sekitar 700 pilot dan 700 co-pilot.

’’Saya mohon maaf, tidak yakin Lion Air mempunyai penerbang sebanyak itu. Maaf jika saya salah,’’ kata Wawan.

Karena jumlah penerbangnya kurang, maka terjadi beban kerja yang sangat padat. Kepadatan beban kerja ini memungkinkan sekali menjadi penyebab kelelehan muncul pada pilot.

’’Karena lelah itu kemudian menyebabkan mudah mengambil keputusan yang salah,’’ jelas Wawan.

Dia mengatakan terus memperdalam kasus kecelakaan Lion Air ini untuk keselamatan dunia penerbangan di Indonesia. (wan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemda Harus Buka Pos Pengaduan Masyarakat

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler