jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia Budiman Sudjatmiko mengatakan, semburan dusta alias firehose of falsehood hanya bisa dijinakkan dengan kapasitas kognisi dan kecerdasan emosional mumpuni. Karena itu, diperlukan orang-orang yang mampu membangun SDM dengan dua kualitas tersebut.
"Sebagai bekal menghadapi Revolusi 4.0, Inovator 4.0 Indonesia siap mengerahkan orang-orang Indonesia di dalam dan luar negeri yang paham tentang hal ini," kata Budiman, di Jakarta, Senin (17/6)
BACA JUGA: Hasil Pemilu 2019 Bukti Indonesia Mampu Kalahkan Semburan Dusta
Sebagai bentuk konkretnya, Inovator 4.0 Indonesia menggelar Big Questions Forum Inovator 4.0 Indonesia dengan tema ‘Kecerdasan Buatan dan Biopolitik; Membangun Masyarakat Kebal Semburan Dusta’, pada Minggu (16/6).
Hadir sebagai narasumber adalah ahli neuro sains dari Tokyo University Hospital, DR Ryu Hasan; Kandidat Doktor dalam Rekayasa Genetik Universitas Oxford, Muhammad Hanifi; dan pendiri Bandung Fe Institute serta ahli kompleksitas, Hokky Situngkir.
BACA JUGA: Ahmad Dhani, Nizar Zahro, dan Budiman Sudjatmiko Gagal Jadi Anggota DPR
Adapun serial Big Questions Forum akan digelar tiap bulan oleh Inovator 4.0 Indonesia dengan mengangkat tema tentang sesuatu yang baru khas Revolusi 4.0 di Indonesia.
Dalam forum tersebut, disimpulkan semburan dusta bisa dijinakkan setidaknya melalui tiga cara, mengembangkan kecerdasan emosional, mengidentifikasi bias informasi dalam diri dan mengidentifikasi bahan semburan dusta.
BACA JUGA: Andi Arief Sebut Dua Caleg Petahana PDIP Terancam Gagal ke Senayan
"Jika kita merasa tak kan mengubah apa-apa, kita tak akan menyumbang isi apa-apa untuk masa depan kita, yang dekat maupun jauh. Forum ini adalah wake up call. Bangun & cepatlah mandi," ungkap aktivis kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, tersebut.
BACA JUGA: Hasil Pemilu 2019 Bukti Indonesia Mampu Kalahkan Semburan Dusta
Sementara itu, DR Ryu Hasan menyampaikan, kecerdasan emosional jadi salah satu langkah menangkal semburan dusta. Menurut dia, kecerdasan emosional harus dikedepankan karena otak manusia akan lebih cepat mengendorse semburan dusta dan ancaman daripada kebenaran dan harapan.
"Informasi semburan dusta sangat banyak, membuat otak kita menjadi kebingungan dan gagap. Akhirnya yang dipercayai adalah hal yang ingin dia percayai. Dia tidak mengafirmasi informasi benar atau salahnya, tapi apa yang sesuai dengan seleranya sendiri," ujar ahli neuro sains tersebut.
Untuk membangun kecerdasan emosional, kata Ryu, diperlukan waktu yang panjang karena selama puluhan tahun masyarakat lebih mengedepankan kecerdasan kognitif.
Dia menegaskan, pesatnya kemajuan teknologi tidak akan menyelesaikan kegagapan masyarakat pada semburan dusta selama tidak dibarengi dengan kecerdasan emosional.
"Kecerdasan emosional itu perlu dikedepankan. Cerdas emosional, sosial, dan kecerdasan ekologikal. Seperti membiasakan orang antre, membuang sampah pada tempatnya, itu perlu kecerdasan emosional," ujar Ryu. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hoaks Didesain Menggabungkan Kecanggihan Teknologi Informasi dan Psikologi
Redaktur & Reporter : Adil